1.1
Latar Belakang
Tanaman tebu merupakan
tanaman perkebunan semusin yang mempunyai sifat tersendiri sebab didalam
batangnya terdapat zat gula. Tebu berkembang biak di daerah beriklim udara
sedang sampai panas. Berbagai varietas tebu telah diluncurkan oleh Kementrian
Pertanian untuk meningkatkan produksi petani. Kualitas bibit tebu merupakan
salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan pengusahaan tanaman tebu.
Bibit tebu yang baik adalah bibit yang cukup 5 – 6 bulan, murni (tidak
tercampur varietas lain), bebas dari penyakit dan tidak mengalami kerusakan
fisik. Tanaman tebu mempunyai batang yang tinggi dan kurus, tidak bercabang dan
tumbuh tegak. Tebu yang tumbuh baik tinggi batangnya dapat mencapai 3-5 m atau
lebih. Batang tebu beruas-ruas dengan panjang ruas 10– 30 cm. Daun berpangkal
pada buku batang dengan kedudukan yang berseling.
Pemanenan tebu
dilakukan pada saat tingkat kemasakan optimum, yaitu pada saat tebu dalam
kondisi mengandung gula tertinggi. Umur panen tanaman tebu berbeda-beda
tergantung jenis tebu. Varietas genjah masak optimal pada umur lebih dari 12
bulan, varietas sedang masak optimal pada umur 12-14 bulan, dan varietas dalam
masak optimal pada umur lebih dari 14 bulan. Panen dilakukan pada bulan Agustus
saat rendemen maksimal dicapai. Tanaman tebu yang telah memasuki umur cukup
untuk panen kemudian dilakukan tebang angkut. Kegiatan tebang angkut harus
tepat karena penanganan yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian cukup
besar. Panen tebu dilakukan dengan menebang batang-batang tebu yang sehat,
mengumpulkan dan mengangkut ke pabrik gula untuk digiling. Penebangan dapat
dilakukan secara manual maupun secara mekanis atau tenaga mesin. Penebangan
tebu secara manual dilakukan dengan caramembongkar guludan tebu dan mencabut
batang-batang tebu secara utuh kemudian dibersihkan dari akar, pucuk, daun
kering, dan kotoran lainnya. Tebangan yang baik harus memenuhi standar
kebersihan tertentu yaitu kotoran tidak lebih dari 5%.
Mempelajari tanaman tebu
membutuhkan pengetahuan melalui morfologi yang ditampakkan. Morfologi dari
penampakan visual yaitu dari bagian daun tebu, batang tebu, dan mata tunas
tebu. Dari tiap varietas tebu memiliki ciri yang berbeda-beda. Misalnya dari
bentuk ruas tebu terdiri dari silindris, tong, kelos, konis, konis terbalik,
dan cembung. Perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda pengenal yang terdapat
pada daun ialah pelepah daun dengan bagian-bagiannya terutama bulu-bulu bidang
punggung dan telinga dalam. Batang tanaman tebu terdapat ruas-ruas, disertai
buku-buku ruas yang terdapat mata tunas yang akan mampu tumbuh menjadi tanaman
baru. Hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda pengenal pada batang,
ialah bentuk ruasnya, selain itu juga sifat-sifat yang ada pada ruas itu
sendiri.
Mata tunas yang terletak
pada buku-buku ruas batang berupa kuncup tebu. Kuncup tersebut dari pangkal ke
ujung batang tanaman berada di sebelah kanan dan kiri secara bergantian dan
selalu terlindungi oleh pangkal pelepah daun. Hal yang perlu diperhatikan dalam
mempelajari tanda-tanda pengenal yang terdapat pada mata tunas ialah tepi sayap
mata, rambut jambul, dan rambut tepi basal mata.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia merupakan
salah satu negara beriklim tropis, sehingga berbagai jenis tanaman dapat tumbuh
dengan mudah di Indonesia. Banyak manfaat yang dapat kita ambil dari tanaman-tanaman
tersebut. Salah satunya adalah tanaman tebu (Saccharum
officinarum L.). Tebu merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya dapat
ditanam di daerah yang memiliki iklim tropis. Luas areal tanaman tebu di
Indonesia mencapai 344 ribu hektar dengan kontribusi utama adalah di Jawa Timur
(43,29%), Jawa Tengah (10,07%), Jawa Barat (5,87%), dan Lampung (25,71%). Pada
lima tahun terakhir, areal tebu Indonesia secara keseluruhan mengalami stagnasi
pada kisaran sekitar 340 ribu hektar. Seluruh perkebunan tebu yang ada di Indonesia,
50% di antaranya adalah perkebunan rakyat, 30% perkebunan swasta, dan hanya 20%
perkebunan negara. Pada tahun 2004 produksi gula Indonesia mencapai 2.051.000
ton hablur (Andaka, 2011).
Telah
banyak varietas tebu yang telah dibudidayakan di indonesia, untuk mengetahui
karakteristik dari suatu varietas tebu, maka terlebih dahulu diperlukan
untuk mempelajari dasar-dasar cara pengenalan varietas tebu. Tata cara untuk
mengenal klon-klon (varietas) tebu secara morfologis dapat digunakan sebagai
pedoman dalam mengenal varietas tebu secara lengkap, namun apabila ingin
mempercepat dalam pengenalan varietas maka perlu memperhatikan bagian-bagian
tanaman yang penting saja antara lain telinga
dalam, bulu bidang punggung, bentuk ruas, susunan ruas, penampang melintang
ruas dan bentuk mata, sebab setiap klon atau varietas tebu memiliki ciri khas yang
berbeda dengan lainnya (Pakpahan, 2005).
Umumnya tebu berkembang
biak secara vegetatif, yakni dengan cara pertunasan. Pertumbuhan dimulai dari perkembangan
akar pada bagian pita akar (root band) yang
terdapat pada potongan batang atau bibit tebu (original cuting) yang telah ditanam. Selanjutnya, tunas pertama (primary shoot) yang diikuti dengan
tunas kedua (secondary shoot) tumbuh
dari mata tunas (eye or bud) yang
terdapat pada bibit tebu tersebut, sedangkan akar-akar tunas berkembang pada
bagian pita akar yang terdapat pada tunas pertama dan tunas kedua. Cadangan
makanan untuk tunas-tunas baru tersebut pada awalnya disuplai oleh sistem
perakaran bibit tebu, sehingga pertunasan tebu bergantung pada sistem perakaran
dari bibit tersebut selama 3-6 minggu atau sampai seberapa lama akar-akar baru
pada tunas dapat mencukupi kebutuhan air, oksigen, dan nutrisi yang diperlukan
(Humbert dalam Syafriandi, 2012).
Selama ini produk utama
yang dihasilkan dari tebu adalah gula, sementara buangan atau hasil samping
yang lain tidak begitu diperhatikan. Kecuali tetes tebu yang sudah lama
dimanfaatkan untuk pembuatan etanol dan bahan pembuatan monosodium glutamate (MSG). atau ampas tebu yang dimanfaatkan
terbak, bahan baku pembuatan pupuk serta sebagai bahan baku untuk makanan
boiler. Namun penggunaannya terbatas dan nilai ekonomi yang diperoleh juga
belum tinggi. Sedangkan beraneka macam limbah dalam proses produksi seperti
gula, blotong dan abu terbuang percuma. Bahkan untuk buangan limbahnyapun
menimbulkan pencemaran lingkungan sehingga menambah pengeluaran dari pabrik
gula sendiri (Misran, 2005).
Tebu (Saccharum
officinarum) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang cukup penting di Indonesia.
Pada umumnya tebu digunakan sebagai bahan baku produksi gula. Salah satu
industri perkebunan gula yang masih terus mengusahakan peningkatan produksi gula
adalah PT. Gunung Madu Plantations (GMP). Pengolahan tanah yang diterapkan
dalam perkebunan tebu ini adalah sistem olah tanah intensif terus menerus selama
35 tahun. Pengolahan tanah secara intensif dapat menyebabkan kerusakan struktur
tanah, mempercepat terjadinya erosi tanah, dan penurunan kadar bahan organik
tanah yang berpengaruh juga terhadap keberadaan biota tanah, termasuk cacing
tanah. Produksi gula di PT. GMP dapat ditingkatkan dengan dilakukan pembenahan
media tanam (tanah) tebu sehingga dapat tumbuh dengan baik. Perbaikan itu dapat
dilakukan dengan merubah sistem pengolahan tanahnya dan juga memberikan bahan
organik ke dalam tanah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) dan pengaplikasian BBA (bagas,
blotong, abu) tebu yang dihasilkan dari sisa produksi PT. GMP itu sendiri
(Batubara, 2013).
Pembanguan pertanian
tidak hanya ditujukan untuk memantapkan swasembada pangan saja, tetapi juga
mencakup usaha-usaha peningkatan produksi pangan mencakup kebutuhan pokok lain diantaranya
kebutuhan akan gula. Dari beberapa media masa diberitakan bahawa kebutuhan gula
masih dipasok dari gula impor, karena produksi tebu sebagai bahan baku gula
belum mencukupi. Evaluasi diperlukan untuk mencapai sasaran yang dimaksud. Dalam
evaluasi lahan dikenal adanya suatu sistem klasifikasi yaitu klasifikasi kemampuan
lahan yang dilakukan untuk menilai faktor-faktor yang menentukan daya guna
lahan kemudian mengelompokkan penggunaan lahan sesuai dengan sifat yang
dimilikinya. Dalam klasifikasi kemampuan lahan yang dinilai hanyalah
faktor-faktor pembatas lahan (Widianto dalam Arifin, 2003).
Industri gula kita
sedang mengalami masalah besar, bahkan berada di ambang kematian. Produksinya
berkurang karena rendahnya pasokan tebu dari petani. Kondisinya semakin memprihatinkan
karena diberondong oleh gula selundupan dan gula impor. Turunnya produktivitas
tebu dari petani diyakini disebabkan oleh peralihan penanaman tebu dari lahan
basah ke lahan kering. Jika tahun 1930an, produksi rata- rata petani tebu
Indonesia 13 ton hablur per hektar. Sekarang produksi di lahan kering rata-
rata hanya 3 hingga 4 ton hablur per hektar. Penyebab utama turunnya produksi
tebu petani adalah mutu bibit yang buruk. Oleh karena pengetahuan dan kemampuan
yang terbatas, petani tidak mengganti bibit yang ditanam dengan varietas yang
lebih baik. Cara ini beresiko besar terhadap penyakit yang dapat menurunkan
produksi hingga 30% (Abdurrahman, 2008).
Sebelum penyakit sereh
timbul dan menyerang tanaman tebu, varietas tebu yang banyak ditanam adalah
tebu cirebon hitam dan tebu jepara putih. Tetapi setelah penyakit sereh
menyerang hebat, Balai Penelitian Tebu pada waktu itu berusaha mencari varietas
tahan dengan membuat persilangan antara varietas liar Saccharum spontaneum dan varietas yang sudah dibudidayakan yaitu
Saccharum officinarum. Tebu liar S. Spontaneum mempunyaibatang yang keras dan
banyak rumpun, sedangkan tebu S. Officinarum mempunyai rasa manis. Dari
persilangan dua varietas tersebut diperoleh di antaranya yang menonjolaalh
POJ-2878. Varietas ini mampu menaikkan produksi gula negara sampai kira- kira
25% (Mangoendidjojo, 2003).
Dari proses pembuatan
tebu akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes ( molase)
dan air. Karena sari tebu tidak bisa diolah menjadi gula semuanya, maka tebu
pun diolah menjadi pakan ternak dan alkohol. Selain itu tsanaman tebu (Sacharum officanarum L) merupakan
tanaman perkebunan semusim yang mempunyai sifat tersendiri, sebab di dalam
batangnya terdapat zat gula. Tebu termasuk keluarga rumput- rumputan (
Gramineae) seperti halnya padi, jagung
glagah, bambu dan lain- lain. Daun tebu ini bisa digunakan sebagai bahan bakar
untuk memesak. Karena daun tebu kering cepat panas, pembakarannya setara dengan
minyak tanah (Comic, 2010).
Berdasarkan
karakteristik Daunnya,
daun tebu merupakan daun
tidak lengkap, yang terdiri
dari helai daun dan pelepah daun
saja, sedang tangkai daunnya tidak
ada. Diantara pelepah daun dan
helai daun bagian sisi luar terdapat sendi segitiga daun, sedang pada bagian
sisi dalamnya terdapat lidah daun. Yang
perlu diperhatikan dalam
mempelajari tanda pengenal
yang terdapat pada daun ialah pelepah daun dengan bagian-bagiannya
terutama bulu-bulu bidang punggung dan telinga dalam (Indrawanto, 2010).
BAB 4. HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Terlampir.
4.2 Pembahasan
Morfologi
batang tebu, batang tebu biasanya tumbuh tegak atau berdiri lurus mencapai
ketinggian antara 2,5 m – 4 m atau lebih, batang dari tanaman tebu tersusun
dari ruas-ruas dan diantara ruas-ruas tersebut dibatasi oleh buku-buku ruas
dimana terletak mata yang dapat tumbuh menjadi kuncup tanaman baru. Disamping
itu terdapat mata akar tempat keluarnya akar untuk kehidupan kuncup tersebut,
yang perlu diperhatikan untuk mempelajari tanda pengenal yang terdapat pada
batang yaitu harus benar-benar diperhatikan bentuk ruasnya, disamping itu juga
sifat-sifat yang terdapat pada ruas itu sendiri.
Morfologi
dari daun tebu, dimana daun tebu sendiri merupakan daun yang tidak lengkap
karena hanya tersusun dari pelepah daun dan helai daun, pada daun tebu sendiri
tidak memiliki tangkai daun. Diantara pelepah daun dan helai daun bagian sisi
luar terdapat sendi segitiga daun, sedangkan pada sisi bagian dalamnya terdapat
lidah daun. Selain itu juga terdapat bulu-bulu dan duri di sekitar pelepah dan
helai daun. Adanya bulu pada daun tebu juga menyebabkan gatal pada kulit jika
kita bersentuhan langsung dengan daunnya. Kondisi ini kadang membuat kurang
berminatnya petani membudidayakan tebu jika masih ada alternatif tanaman lain
untuk dibudidayakan. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempelajari tanda pengenal
pada daun tanaman tebu ini yaitu dengan memperhatikan pelepah daun dan
bagian-bagiannya, terutama bulu bidang punggung dan telinga dalam.
Morfologi
mata tunas tebu, dimana mata tunas sendiri adalah kuncup tebu yang terletak
pada buku-buku ruas batang. Kuncup-kuncup ini berada di ujung pangkal sebelah
kanan dan sebelah kiri secara bergantian. Mata tunas ini selalu terlindungi
oleh pelepah daun karena keberadaannya yang tepat dibawak ketiak daun. Hal yang
perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda-tanda dari mata tunas yaitu dengan
tepi sayap mata, rambut jambul dan rambut tepi basal mata.
Morfologi bunga tebu, bunga tebu
sendiri tersusun dalam malai dan bentuknya piramida dengan panjang antara 50
cm-80 cm. cabang bunga tahap pertama merupakan karangan bunga, sedangkan cabang
bunga tahap kedua merupakan tandan buah.
Dari praktikum
yang telah dilakukan dan telah diketahui varietas tebu yang ditanam adalah
varietas bulu lawang (BL). BL lebih cocok pada lahan-lahan ringan (geluhan/liat
berpasir) dengan sistem drainase yang baik dan pemupukan N yang cukup.
Sementara itu pada lahan berat dengan drainase terganggu tampak keragaman
pertumbuhan tanaman sangat tertekan. BL
tampaknya memerlukan lahan dengan kondisi kecukupan air pada kondisi drainase
yang baik. Khususnya lahan ringan sampai geluhan lebih disukai varietas ini
dari pada pada lahan berat. Kelebihan varietas BL merupakan varietas yang
selalu tumbuh dengan munculnya tunas-tunas baru atau disebut sogolan. Oleh
karena itu potensi bobot tebu akan sangat tinggi karena apabila sogolan ikut
dipanen akan menambah bobot tebu secara nyata. Melihat munculnya tunas-tunas
baru yang terus terjadi walaupun umur tanaman sudah menjelang tebang, maka
kategori tingkat kemasakan termasuk tengah-lambat, yaitu baru masak setelah
memasuki akhir bulan Juli.
Ruas batang tanaman tebu disini selain dapat dibedakan oleh jumlah ruas yang berjumlah enam ruas juga dibedakan menurut bentuk pada potongan penampang melintang ruas. Keenam bentuk ruas tersebut yaitu silindris, tong, kelos, konis, konis terbalik dan cembung-cekung. Sedangkan bentuk penampang melintang dibedakan atas bulat (gilig) dan pipih (gepeng).
Ruas batang tanaman tebu disini selain dapat dibedakan oleh jumlah ruas yang berjumlah enam ruas juga dibedakan menurut bentuk pada potongan penampang melintang ruas. Keenam bentuk ruas tersebut yaitu silindris, tong, kelos, konis, konis terbalik dan cembung-cekung. Sedangkan bentuk penampang melintang dibedakan atas bulat (gilig) dan pipih (gepeng).
makasi
BalasHapus