Minggu, 08 Desember 2013

IDENTIFIKASI MORFOLOGI TANAMAN TEBU




1.1 Latar Belakang
Tanaman tebu merupakan tanaman perkebunan semusin yang mempunyai sifat tersendiri sebab didalam batangnya terdapat zat gula. Tebu berkembang biak di daerah beriklim udara sedang sampai panas. Berbagai varietas tebu telah diluncurkan oleh Kementrian Pertanian untuk meningkatkan produksi petani. Kualitas bibit tebu merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan pengusahaan tanaman tebu. Bibit tebu yang baik adalah bibit yang cukup 5 – 6 bulan, murni (tidak tercampur varietas lain), bebas dari penyakit dan tidak mengalami kerusakan fisik. Tanaman tebu mempunyai batang yang tinggi dan kurus, tidak bercabang dan tumbuh tegak. Tebu yang tumbuh baik tinggi batangnya dapat mencapai 3-5 m atau lebih. Batang tebu beruas-ruas dengan panjang ruas 10– 30 cm. Daun berpangkal pada buku batang dengan kedudukan yang berseling.
Pemanenan tebu dilakukan pada saat tingkat kemasakan optimum, yaitu pada saat tebu dalam kondisi mengandung gula tertinggi. Umur panen tanaman tebu berbeda-beda tergantung jenis tebu. Varietas genjah masak optimal pada umur lebih dari 12 bulan, varietas sedang masak optimal pada umur 12-14 bulan, dan varietas dalam masak optimal pada umur lebih dari 14 bulan. Panen dilakukan pada bulan Agustus saat rendemen maksimal dicapai. Tanaman tebu yang telah memasuki umur cukup untuk panen kemudian dilakukan tebang angkut. Kegiatan tebang angkut harus tepat karena penanganan yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian cukup besar. Panen tebu dilakukan dengan menebang batang-batang tebu yang sehat, mengumpulkan dan mengangkut ke pabrik gula untuk digiling. Penebangan dapat dilakukan secara manual maupun secara mekanis atau tenaga mesin. Penebangan tebu secara manual dilakukan dengan caramembongkar guludan tebu dan mencabut batang-batang tebu secara utuh kemudian dibersihkan dari akar, pucuk, daun kering, dan kotoran lainnya. Tebangan yang baik harus memenuhi standar kebersihan tertentu yaitu kotoran tidak lebih dari 5%.
Mempelajari tanaman tebu membutuhkan pengetahuan melalui morfologi yang ditampakkan. Morfologi dari penampakan visual yaitu dari bagian daun tebu, batang tebu, dan mata tunas tebu. Dari tiap varietas tebu memiliki ciri yang berbeda-beda. Misalnya dari bentuk ruas tebu terdiri dari silindris, tong, kelos, konis, konis terbalik, dan cembung. Perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda pengenal yang terdapat pada daun ialah pelepah daun dengan bagian-bagiannya terutama bulu-bulu bidang punggung dan telinga dalam. Batang tanaman tebu terdapat ruas-ruas, disertai buku-buku ruas yang terdapat mata tunas yang akan mampu tumbuh menjadi tanaman baru. Hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda pengenal pada batang, ialah bentuk ruasnya, selain itu juga sifat-sifat yang ada pada ruas itu sendiri.
Mata tunas yang terletak pada buku-buku ruas batang berupa kuncup tebu. Kuncup tersebut dari pangkal ke ujung batang tanaman berada di sebelah kanan dan kiri secara bergantian dan selalu terlindungi oleh pangkal pelepah daun. Hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda-tanda pengenal yang terdapat pada mata tunas ialah tepi sayap mata, rambut jambul, dan rambut tepi basal mata. 

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis, sehingga berbagai jenis tanaman dapat tumbuh dengan mudah di Indonesia. Banyak manfaat yang dapat kita ambil dari tanaman-tanaman tersebut. Salah satunya adalah tanaman tebu (Saccharum officinarum L.). Tebu merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya dapat ditanam di daerah yang memiliki iklim tropis. Luas areal tanaman tebu di Indonesia mencapai 344 ribu hektar dengan kontribusi utama adalah di Jawa Timur (43,29%), Jawa Tengah (10,07%), Jawa Barat (5,87%), dan Lampung (25,71%). Pada lima tahun terakhir, areal tebu Indonesia secara keseluruhan mengalami stagnasi pada kisaran sekitar 340 ribu hektar. Seluruh perkebunan tebu yang ada di Indonesia, 50% di antaranya adalah perkebunan rakyat, 30% perkebunan swasta, dan hanya 20% perkebunan negara. Pada tahun 2004 produksi gula Indonesia mencapai 2.051.000 ton hablur (Andaka, 2011).
Telah banyak varietas tebu yang telah dibudidayakan di indonesia, untuk mengetahui karakteristik dari suatu varietas tebu, maka terlebih dahulu diperlukan untuk mempelajari dasar-dasar cara pengenalan varietas tebu. Tata cara untuk mengenal klon-klon (varietas) tebu secara morfologis dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengenal varietas tebu secara lengkap, namun apabila ingin mempercepat dalam pengenalan varietas maka perlu memperhatikan bagian-bagian tanaman yang penting saja antara lain telinga dalam, bulu bidang punggung, bentuk ruas, susunan ruas, penampang melintang ruas dan bentuk mata, sebab setiap klon atau varietas tebu memiliki ciri khas yang berbeda dengan lainnya (Pakpahan, 2005).
Umumnya tebu berkembang biak secara vegetatif, yakni dengan cara pertunasan. Pertumbuhan dimulai dari perkembangan akar pada bagian pita akar (root band) yang terdapat pada potongan batang atau bibit tebu (original cuting) yang telah ditanam. Selanjutnya, tunas pertama (primary shoot) yang diikuti dengan tunas kedua (secondary shoot) tumbuh dari mata tunas (eye or bud) yang terdapat pada bibit tebu tersebut, sedangkan akar-akar tunas berkembang pada bagian pita akar yang terdapat pada tunas pertama dan tunas kedua. Cadangan makanan untuk tunas-tunas baru tersebut pada awalnya disuplai oleh sistem perakaran bibit tebu, sehingga pertunasan tebu bergantung pada sistem perakaran dari bibit tersebut selama 3-6 minggu atau sampai seberapa lama akar-akar baru pada tunas dapat mencukupi kebutuhan air, oksigen, dan nutrisi yang diperlukan (Humbert dalam Syafriandi, 2012).
Selama ini produk utama yang dihasilkan dari tebu adalah gula, sementara buangan atau hasil samping yang lain tidak begitu diperhatikan. Kecuali tetes tebu yang sudah lama dimanfaatkan untuk pembuatan etanol dan bahan pembuatan monosodium glutamate (MSG). atau ampas tebu yang dimanfaatkan terbak, bahan baku pembuatan pupuk serta sebagai bahan baku untuk makanan boiler. Namun penggunaannya terbatas dan nilai ekonomi yang diperoleh juga belum tinggi. Sedangkan beraneka macam limbah dalam proses produksi seperti gula, blotong dan abu terbuang percuma. Bahkan untuk buangan limbahnyapun menimbulkan pencemaran lingkungan sehingga menambah pengeluaran dari pabrik gula sendiri (Misran, 2005).   
Tebu (Saccharum officinarum) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang cukup penting di Indonesia. Pada umumnya tebu digunakan sebagai bahan baku produksi gula. Salah satu industri perkebunan gula yang masih terus mengusahakan peningkatan produksi gula adalah PT. Gunung Madu Plantations (GMP). Pengolahan tanah yang diterapkan dalam perkebunan tebu ini adalah sistem olah tanah intensif terus menerus selama 35 tahun. Pengolahan tanah secara intensif dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah, mempercepat terjadinya erosi tanah, dan penurunan kadar bahan organik tanah yang berpengaruh juga terhadap keberadaan biota tanah, termasuk cacing tanah. Produksi gula di PT. GMP dapat ditingkatkan dengan dilakukan pembenahan media tanam (tanah) tebu sehingga dapat tumbuh dengan baik. Perbaikan itu dapat dilakukan dengan merubah sistem pengolahan tanahnya dan juga memberikan bahan organik ke dalam tanah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) dan pengaplikasian BBA (bagas, blotong, abu) tebu yang dihasilkan dari sisa produksi PT. GMP itu sendiri (Batubara, 2013).  
Pembanguan pertanian tidak hanya ditujukan untuk memantapkan swasembada pangan saja, tetapi juga mencakup usaha-usaha peningkatan produksi pangan mencakup kebutuhan pokok lain diantaranya kebutuhan akan gula. Dari beberapa media masa diberitakan bahawa kebutuhan gula masih dipasok dari gula impor, karena produksi tebu sebagai bahan baku gula belum mencukupi. Evaluasi diperlukan untuk mencapai sasaran yang dimaksud. Dalam evaluasi lahan dikenal adanya suatu sistem klasifikasi yaitu klasifikasi kemampuan lahan yang dilakukan untuk menilai faktor-faktor yang menentukan daya guna lahan kemudian mengelompokkan penggunaan lahan sesuai dengan sifat yang dimilikinya. Dalam klasifikasi kemampuan lahan yang dinilai hanyalah faktor-faktor pembatas lahan (Widianto dalam Arifin, 2003).
Industri gula kita sedang mengalami masalah besar, bahkan berada di ambang kematian. Produksinya berkurang karena rendahnya pasokan tebu dari petani. Kondisinya semakin memprihatinkan karena diberondong oleh gula selundupan dan gula impor. Turunnya produktivitas tebu dari petani diyakini disebabkan oleh peralihan penanaman tebu dari lahan basah ke lahan kering. Jika tahun 1930an, produksi rata- rata petani tebu Indonesia 13 ton hablur per hektar. Sekarang produksi di lahan kering rata- rata hanya 3 hingga 4 ton hablur per hektar. Penyebab utama turunnya produksi tebu petani adalah mutu bibit yang buruk. Oleh karena pengetahuan dan kemampuan yang terbatas, petani tidak mengganti bibit yang ditanam dengan varietas yang lebih baik. Cara ini beresiko besar terhadap penyakit yang dapat menurunkan produksi hingga 30% (Abdurrahman, 2008).
Sebelum penyakit sereh timbul dan menyerang tanaman tebu, varietas tebu yang banyak ditanam adalah tebu cirebon hitam dan tebu jepara putih. Tetapi setelah penyakit sereh menyerang hebat, Balai Penelitian Tebu pada waktu itu berusaha mencari varietas tahan dengan membuat persilangan antara varietas liar Saccharum spontaneum  dan varietas yang sudah dibudidayakan yaitu Saccharum officinarum. Tebu liar S. Spontaneum mempunyaibatang yang keras dan banyak rumpun, sedangkan tebu S. Officinarum mempunyai rasa manis. Dari persilangan dua varietas tersebut diperoleh di antaranya yang menonjolaalh POJ-2878. Varietas ini mampu menaikkan produksi gula negara sampai kira- kira 25% (Mangoendidjojo, 2003).
Dari proses pembuatan tebu akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes ( molase) dan air. Karena sari tebu tidak bisa diolah menjadi gula semuanya, maka tebu pun diolah menjadi pakan ternak dan alkohol. Selain itu tsanaman tebu (Sacharum officanarum L) merupakan tanaman perkebunan semusim yang mempunyai sifat tersendiri, sebab di dalam batangnya terdapat zat gula. Tebu termasuk keluarga rumput- rumputan ( Gramineae)  seperti halnya padi, jagung glagah, bambu dan lain- lain. Daun tebu ini bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk memesak. Karena daun tebu kering cepat panas, pembakarannya setara dengan minyak tanah (Comic, 2010).
Berdasarkan karakteristik Daunnya, daun tebu  merupakan  daun  tidak lengkap,  yang  terdiri  dari  helai daun dan pelepah  daun  saja, sedang  tangkai daunnya  tidak  ada. Diantara  pelepah daun dan helai daun bagian sisi luar terdapat sendi segitiga daun, sedang pada bagian sisi dalamnya terdapat  lidah  daun. Yang  perlu diperhatikan dalam  mempelajari  tanda  pengenal  yang terdapat pada daun ialah pelepah daun dengan bagian-bagiannya terutama bulu-bulu bidang punggung dan telinga dalam (Indrawanto, 2010).
 
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Terlampir.

4.2 Pembahasan
Morfologi batang tebu, batang tebu biasanya tumbuh tegak atau berdiri lurus mencapai ketinggian antara 2,5 m – 4 m atau lebih, batang dari tanaman tebu tersusun dari ruas-ruas dan diantara ruas-ruas tersebut dibatasi oleh buku-buku ruas dimana terletak mata yang dapat tumbuh menjadi kuncup tanaman baru. Disamping itu terdapat mata akar tempat keluarnya akar untuk kehidupan kuncup tersebut, yang perlu diperhatikan untuk mempelajari tanda pengenal yang terdapat pada batang yaitu harus benar-benar diperhatikan bentuk ruasnya, disamping itu juga sifat-sifat yang terdapat pada ruas itu sendiri. 
Morfologi dari daun tebu, dimana daun tebu sendiri merupakan daun yang tidak lengkap karena hanya tersusun dari pelepah daun dan helai daun, pada daun tebu sendiri tidak memiliki tangkai daun. Diantara pelepah daun dan helai daun bagian sisi luar terdapat sendi segitiga daun, sedangkan pada sisi bagian dalamnya terdapat lidah daun. Selain itu juga terdapat bulu-bulu dan duri di sekitar pelepah dan helai daun. Adanya bulu pada daun tebu juga menyebabkan gatal pada kulit jika kita bersentuhan langsung dengan daunnya. Kondisi ini kadang membuat kurang berminatnya petani membudidayakan tebu jika masih ada alternatif tanaman lain untuk dibudidayakan. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempelajari tanda pengenal pada daun tanaman tebu ini yaitu dengan memperhatikan pelepah daun dan bagian-bagiannya, terutama bulu bidang punggung dan telinga dalam.
Morfologi mata tunas tebu, dimana mata tunas sendiri adalah kuncup tebu yang terletak pada buku-buku ruas batang. Kuncup-kuncup ini berada di ujung pangkal sebelah kanan dan sebelah kiri secara bergantian. Mata tunas ini selalu terlindungi oleh pelepah daun karena keberadaannya yang tepat dibawak ketiak daun. Hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda-tanda dari mata tunas yaitu dengan tepi sayap mata, rambut jambul dan rambut tepi basal mata.
 Morfologi bunga tebu, bunga tebu sendiri tersusun dalam malai dan bentuknya piramida dengan panjang antara 50 cm-80 cm. cabang bunga tahap pertama merupakan karangan bunga, sedangkan cabang bunga tahap kedua merupakan tandan buah. 
Dari praktikum yang telah dilakukan dan telah diketahui varietas tebu yang ditanam adalah varietas bulu lawang (BL). BL lebih cocok pada lahan-lahan ringan (geluhan/liat berpasir) dengan sistem drainase yang baik dan pemupukan N yang cukup. Sementara itu pada lahan berat dengan drainase terganggu tampak keragaman pertumbuhan  tanaman sangat tertekan. BL tampaknya memerlukan lahan dengan kondisi kecukupan air pada kondisi drainase yang baik. Khususnya lahan ringan sampai geluhan lebih disukai varietas ini dari pada pada lahan berat. Kelebihan varietas BL merupakan varietas yang selalu tumbuh dengan munculnya tunas-tunas baru atau disebut sogolan. Oleh karena itu potensi bobot tebu akan sangat tinggi karena apabila sogolan ikut dipanen akan menambah bobot tebu secara nyata. Melihat munculnya tunas-tunas baru yang terus terjadi walaupun umur tanaman sudah menjelang tebang, maka kategori tingkat kemasakan termasuk tengah-lambat, yaitu baru masak setelah memasuki akhir bulan Juli. 
Ruas batang tanaman tebu disini selain dapat dibedakan oleh jumlah ruas yang berjumlah enam ruas juga dibedakan menurut bentuk pada potongan penampang melintang ruas. Keenam bentuk ruas tersebut yaitu silindris, tong, kelos, konis, konis terbalik dan cembung-cekung. Sedangkan bentuk penampang melintang dibedakan atas bulat (gilig) dan pipih  (gepeng).

 
 



1 komentar: