BAB
1. PENDAHULUAN
Pemupukan merupakan
salah satu kegiatan budidaya yang perlu dilakukan. Pemupukan adalah proses
menambahkan unsur hara pada tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah serta
tanaman tercukupi unsur hara yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Pupuk sendiri sebenarnya berupa zat yang ditambahkan pada
tanah supaya unsur haranya dapat terpenuhi. Sehingga didapatkan tanah yang
lebih produktif dan dapat menunjang pertumbuhan tanaman dan akar dengan baik.
Tanah yang subur merupakan tanah yang berkualitas tinggi yang dapat menentukan
tumbuh dan berkembangnya tanaman sehingga menghasilkan produksi serta bahan
tanaman yang berkualitas. Hal tersebut sangat mutlak dalam melakukan budidaya
tanaman.
Pemupukan pada tanaman
kopi mempunyai tujuan untuk memenuhi keperluan unsur hara tanaman. Tanaman kopi
ini mengambil hara dari dalam tanah untuk pertumbuhan vegetatif dan juga untuk
pertumbuhan buah. Pertumbuhan vegetatif ini sama pentingnya dengan pembuatan
buah, karena buah kopi ini hanya terbentuk oleh cabang-cabang lateral yang
merupakan produk pertumbuhan vegetatif. Sedangkan pengambilan hara dari tanaman
kopi ini sangat berbeda-beda dan menurut jenis kopi itu sendiri. Untuk
memastikan keperluan pupuk pada tanaman ditentukan oleh dua factor yakni
pengambilan hara oleh tanaman dari didalam tanah serta persedian kandungan
unsur hara didalam tanah.
Untuk tahu keperluan
pemupukan dibutuhkan kajian tanah serta kajian daun tanaman kopi, yang
sebisa-bisanya dilengkapi dengan percobaan lapangan. Faedah pemupukan yaitu
untuk perbaikan situasi tanaman, peningkatan produksi serta mutu, serta
stabilisasi produksi. Pupuk majemuk memiliki sebagian keuntungan dibanding
dengan pupuk tunggal contohnya cost pengangkutan, aplikasi pupuk, dan
seterusnya. Pemberian pupuk yang salah bukan hanya saja tidak efisien, namun
kerap menurunkan produksi. Perihal ini dikarenakan tanaman kopi kurang
mempunyai daya serap selektif pada pemberian pupuk yang tidak seimbang.
Dosis pupuk untuk
tanaman kopi amat mutlak dikarenakan dosis yang terlampau kecil dari
semestinya, kurang atau bahkan tidak memberikan keuntungan. Demikian juga bila
dosis pupuk yang didapatkan terlampau besar. Penetapan dosis maksimal
didasarkan pada data kajian tanah, kajian daun, serta juga hasil-hasil
percobaan lapangan. Waktu pemupukan sesuai dengan keperluan tanaman serta
situasi iklim. Pupuk diberikan pada lingkar piringan pohon sesudah terlebih
dulu dicangkul mudah serta dibikin parit dangkal. pupuk urea diberikan dengan
langkah dibenamkan didalam tanah untuk menghindar hilangnya pupuk melewati
penguapan. pupuk diberikan pada lingkar tajuk pohon kopi serta janganlah
diberikan diluar lingkar tajuk pohon kopi dikarenakan biasanya ada banyak
gulma. sebaliknya janganlah berikan pupuk dekat pangkal batang dikarenakan di
bagian ini akar serabut cuma sedikit.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Kopi dapat digolongkan hingga lebih dari 70 jenis.
Namun pada umumnya jenis-jenis kopi yang lebih banyak dikenal yaitu kopi
arabika, kopi robusta, kopi ekselsa dan kopi liberika. Taksonomi tanaman kopi
adalah sebagai berikut :
Divisio : Magnoliophyta
Sub
division : Angiospermae
Klas : Dycotyledon
Ordo : Gentanales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffeae
Spesies : Coffea sp. (Aak, 1998).
Tanaman kopi (Coffea sp.) termasuk familia Rubiaceae
dan merupakan tanaman tropis yang banyak diperdagangkan di dunia. Diperdagangan
dunia dikenal dua macam kopi, yaitu kopi Arabica dan Robusta. Di Indonesia kopi
Robusta paling banyak yaitu mencapai 87,1 % dari total produksi kopi Indonesia.
Sebagian besar hasil produksi kopi masuk dalam perdagangan ekspor, dengan
negara tujuan Amerika Serikat, Jerman, dan Singapura (Aak dalam Rohmah, 2010).
Di Indonesia kopi
merupakan salah satu komiditi ekspor yang mempunyai arti yang cukup penting.
Selain sebagai komoditi ekspor, kopi juga merupakan komoditi yang dikonsumsi di
dalam negeri. Menurut survei yang pernah dilakukan Departemen Pertanian,
rata-rata penduduk Indonesia mengkonsumsi kopi sebanyak 0,5 kg/orang/tahun.
Dengan demikian dengan jumlah penduduk Indonesia ± 170 juta, maka diperkirakan
setiap tahun diperlukan stok kopi sebanyak 85.000 ton kopi untuk keperluan
konsumsi dalam negeri (Maharani, 2013).
Sejak tahun 1998,
posisi Indonesia sebagai produsen kopi terbesar ketiga dunia setelah Brasil dan
Kolumbia tergeser oleh Vietnam yang mampu memproduksi kopi 750.000 ton dengan
kontribusi 10,7% terhadap total produksi dunia (Ditjenbun 2006). Pergeseran ini
disebabkan kopi Indonesia kurang memiliki daya saing akibat rendahnya
produktivitas, yaitu hanya 539 kg biji kering/ha/tahun, lebih rendah
dibandingkan dengan negara produsen utama lainnya seperti Vietnam (1.540 kg/ha/tahun),
Kolumbia (1.220 kg/ ha/tahun), dan Brasil (1.000 kg/ha/tahun) (Ditjenbun dalam
Mahfud, 2012).
Di Jawa tanaman ini
tumbuh optimal sekitar ketinggian 300-700 m, sedang di tanah asalnya sampai
ketinggian 1200 m dari permukaan laut. Temperatur yang dikehendaki untuk jenis
ini ialah sekitar 21-24°C. tanaman kopi pada umumnya tumbuh optimal di daerah
dengan curah hujan 2.000-3.000 mm/th. Tanaman kopi menghendaki penyinaran
dibawah 80% agar dapat tumbuh dengan baik. Kemiringan tanah yang dapat ditanami
kopi harus kurang dari 45% dengan kedalaman tanah efektif lebih dari 100% (Tim
Karya Tani Mandiri, 2005).
Perbanyakan kopi
arabika umumnya dilakukan dengan benih sehingga bahan tanam anjurannya berupa
varietas. Namun cara perbanyakan tersebut memiliki beberapa kelemahan antara
lain sifat morfologi anakan yang berbeda dengan induknya dan keterbatasan
jumlah bahan tanam yang dihasilkan. Guna mengatasi masalah tersebut, dilakukan
perbanyakan dengan teknik kultur in vitro secara embriogenesis somatik. Embriogenesis
somatik adalah cara perbanyakan tanaman dengan menggunakan sel somatik yang
dapat tumbuh menjadi individu bipolar yang memiliki karakteristik sama dengan
induknya tanpa melalui proses fusi gamet. Keunggulan dari metode embryogenesis somatik
adalah jumlah propagul yang dihasilkan sangat banyak, bersifat sama dengan induknya,
seragam secara morfologi dan dapat diperoleh dalam waktu yang singkat. Faktor
yang mempengaruhi keberhasilan embriogenesis somatik kopi antara lain sumber
eksplan yang digunakan, komposisi zat pengatur tumbuh dalam media dan
lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh dalam embriogenesis somatik kopi
arabika antara lain keasaman, kelembaban, suhu dan cahaya (Ardiyani, 2012).
Aspek mutu sangat penting
dalam perdagangan kopi biji dunia. Sejauh ini beberapa kajian tentang topik
mutu kopi biji telah dilakukan oleh Charley dan Weafeer (1998) yang telah memetakan
mutu kopi yang diperdagangkan di dunia, Gonzales-Rios et al. (2007)
menghubungkan aspek mutu kopi dengan penanganan pasca panen, Alejandro dan Morales
(2002) mengkaji masalah sistem grading, Menurut SNI 01-2907-2008, pengklasifikasian
mutu biji kopi ditinjau dari beberapa nilai cacat yaitu antara lain biji
normal, pecah hitam, tutul, lubang>1, gosong kulit ari dan cemaran fisik
seperti batu, tanah, ranting dan kerikil (Jaya, 2008).
Pemupukan pada umumnya
bertujuan untuk memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan
zat- zat kepada tanah yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat
menyumbangkian bahan makanan kepada tanaman. Kegiatan pemupukan di afdeling
Banaran- Delik dilakukan berdasarkan kebijakan dari kebun yang disesuaikan
dengan keadaan kebun dan biaya yang tersedia. Pupuk yang digunakan mengandung
unsur X yang didapatkan dari pupuk urea, unsur P yang didapatkan dari pupuk
Sulfomag plus, dan lmsur K yang didapatkan dari pupuk KC1. Dosis realisasi yang
berbeda dengan dosis rekolnendasi didasarkan atas pertiinbangan biaya dan
keadaan di lapang.Cara pemupukan dengan me~nbuata lur pupuk berbentuk liumf U,
dengan terlebih dahulu dilakukan pembersihan gulma yang ada di sekitar batang
utama tanaman kopi (Candra M, dkk. 1998).
Kegiatan pemupukan merupakan
salah satu hal yang harus diperhatikan untuk mencapai produksi yang diinginkan.
Selain aplikasi pemupukan, faktor lain yang berpengaruh pada produksi adalah
iklim, hama dan penyakit yang menyerang pertanaman kopi dan manajemen suatu
perkebunan. Pengelolaan dan pengawasan yang baik terhadap kegiatan pemupukan
sangat diperlukan demi kelanjutan keseluruhan kegiatan budidaya tanaman kopi di
lapang serta untuk pencapaian target produksi yang diinginkan (Rahardjo, 1982).
Penempatan pupuk yang
tepat sangat diperlukan agar pupuk dapat terserap tanaman sehingga pemupukan
dapat lebih efektif guna meningkatkan produktifitas. pemupukan dilakukan dengan
membuat alur sedalam 10 cm di sekeliling batang pokok tanaman kopi dengan jarak
antara batang pokok dan alur kira-kira setengah diameter tajuk daun. Penempatan
pupuk dengan cara ini dianggap tepat karena dapat meningkatkan efisiensi
penyerapan pupuk, karena cara peletakan pupuk yang tersebar disekitar batang
utama tanaman kopi dan dibenamkan sangat baik untuk mengurangi kehilangan karena
pencucian atau penguapan (Suwarto dan Octavianty, 1999).
4.2
Pembahasan
Pemupukan merupakan
salah satu kegiatan budidaya yang perlu dilakukan. Pemupukan adalah proses
menambahkan unsur hara pada tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah serta
tanaman tercukupi unsur hara yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Pupuk sendiri sebenarnya berupa zat yang ditambahkan pada
tanah supaya unsur haranya dapat terpenuhi. Sehingga didapatkan tanah yang
lebih produktif dan dapat menunjang pertumbuhan tanaman dan akar dengan baik.
Tanah yang subur merupakan tanah yang berkualitas tinggi yang dapat menentukan
tumbuh dan berkembangnya tanaman sehingga menghasilkan produksi serta bahan
tanaman yang berkualitas. Hal tersebut sangat mutlak dalam melakukan budidaya
tanaman.
Pemupukan yang efektif
dan efisien akan meningkatkan keberhasilan pemupukan. Pemupukan sendiri terbagi
dari dua cara yaitu pemupukan dengan sistem sebar (broadcasting) dan pemupukan dengan sistem penempatan pada tempat
tertentu (placement). Pemupukan
dengan sistem sebar (broadcasting) dapat
dilakukan dengan cara pupuk yang disebarkan merata pada tanah-tanah di sekitar
pertanaman atau pada waktu pembajakan atau penggaruan terakhir, sehari sebelum
tanam, kemudian diinjak-injak agar pupuk masuk ke dalam tanah. Kerugian cara
ini ialah merangsang pertumbuhan rumput pengganggu atau gulma dan kemungkinan
pengikatan unsur hara tertentu oleh tanah lebih tinggi. Beberapa pertimbangan
untuk menggunakan cara ini yaini dengan tanaman ditanam pada jarak tanam yang
rapat, baik teratur dalam barisan maupun tidak teratur dalam barisan. Tanaman
mempunyai akar yang dangkal atau berada pada dekat dengan permukaan tanah. Tanah
mempunyai kesuburan yang relatif baik. Pupuk yang dipakai cukup banyak atau
dosis permukaan tinggi. Daya larut pupuk besar, karena bila daya larutnya
rendah maka yang diambil tanaman sedikit.
Sedangkan pemupukan
dengan sistem penempatan pada tempat tertentu (placement) dapat dilakukan dengan cara pembuatan lubang kecil
membentuk alur yang nantinya menjadi tempat diletakkanya pupuk yang akan
diaplikasikan dan kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan yang umum
dilaksanakan yaitu pemupukan dengan cacah. Jarak parit atau larikan dari
pangkal batang disesuaikan dengan lebar tajuk tanaman kopi yang akan dipupuk.
Kemudian pupuk ditabur pada lingkar piringan pohon yang telah dibuat. Pupuk diberikan dengan langkah dibenamkan
didalam tanah untuk menghindar hilangnya pupuk melewati penguapan. Untuk
tanaman tahunan ditaburkan melingkari tanaman dengan jarak tegak lurus daun terjauh
(tajuk daun) dan ditutup kembali dengan tanah. Cara ini dilakukan dengan
beberapa pertimbangan antara lain pupuk yang digunakan relatif sedikit, Jarak
tanam antara tanaman yang dipupuk cukup jarang dan jarak antara barisan
pertanaman cukup jarang, kesuburan tanah rendah, tanaman dengan perkembangan
akarnya yang sedikit, untuk tanah tegalan atau darat serta bila mengkhawatirkan
akan terjadi pengikatan unsur hara oleh tanah dalam jumlah yang cukup besar.
Hal itu penting dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan tanaman berproduksi.
Tingkat keefisienan
pemupukan sebenarnya bertumpu pada tingkat keberhasilan setelah dilakukan
pemupukan. Akan tetapi apabila diterapkan dilapang dari kedua metode tersebut,
tingkat pemupukan yang lebih efisien terdapat pada metode dengan alur atau
larikan yang efisien diterapkan apabila tanaman masih fase vegetatif. Melihat
dari penerapan medode ini dilapang, dalam pembuatan alur atau larikan
disesuaikan dengan mengikuti lebar tajuk atau piringan tajuk tanaman. Pembuatan
alur mengikuti lebar tajuk karena perkembangan perakaran pada tanaman biasanya
seluas dari tajuk tanaman pada masa tanaman masih masa vegetative. Memasuki
perkemabangan tanaman pada fase generative, penerapan metode alur ini kurang
efisien dikarenakan perkembangan perakaran sudah tidak sesuai lagi dengan lebar
tajuk tanaman, hal ini dikarenakan dari tajuk tanaman kopi sendiri sudah
mengalami pemangkasan yang dapat mengurangi dari lebar tajuk pohon. Oleh karena
itu untuk menghindari kesalahan dalam pengaplikasian atau tidak tepat sasaran
maka dilakukan pemupukan dengan sistem cacah agar pupuk dapat diserap dengan
mudah oleh tanaman kopi. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pemupukan
yaitu:
1. Tepat
Jenis.
Jenis
pupuk disesuaikan dengan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
2. Tepat
Dosis.
Pemberian pupuk harus
tepat takarannya, disesuaikan dengan jumlah unsur hara yang dibutuhkan tanaman
pada setiap fase pertumbuhan tanaman.
3. Tepat
Waktu.
Harus sesuai dengan
masa kebutuhan hara pada setiap fase atau umur tanaman, dan kondisi iklim atau
cuaca misalnya pemupukan yang baik jika dilakukan di awal musim penghujan atau
akhir musim kemarau, pengaplikasian PPC sebaiknya dilakukan pada pagi hari
sebelum jam 11 siang.
4. Tepat
Cara.
Cara pengaplikasian
pupuk disesuaikan dengan bentuk fisik pupuk, pola tanam, kondisi lahan dan
sifat fisik , kimia tanah dan biologi tanah.
5. Tepat
Sasaran.
Pemupukan harus tepat
pada sasaran yang ingin dipupuk, misalnya jika yang ingin dipupuk adalah
tanaman, maka pemberian pupuk harus berada didalam radius daerah perakaran
tanaman, dan sebelum dilakukan pemupukan maka areal pertanaman harus bersih
dari gulma-gulma pengganggu. Serta jika pemupukan ditujukan untuk tanah, maka
aplikasinya dilakukan pada saat pengolahan tanah, dan berdasarkan pada hasil
analisa kondisi fisik dan kimia tanah.
Pemupukan pada tanaman
kopi dilakukan minimal dua kali dalam setahun, yaitu pada awal musim hujan dan
pada akhir musim hujan. Pada awal musim hujan tanaman memerlukan nitrogen untuk
pertumbuhan vegetatifnya, sedangkan pada akhir musim hujan tanaman memerlukan
pupuk kalium untuk fase generative. Selain digunakan pupuk anorganik pada
pemupukan tanaman kopi, juga dianjurkan pemakaian pupuk organik untuk
memperbaiki struktur dan tekstur tanah yang tingkat kegemburannya berkurang. Kegiatan
pemupukan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan untuk mencapai
produksi yang diinginkan. Selain aplikasi pemupukan, faktor lain yang
berpengaruh pada produksi adalah iklim, hama dan penyakit yang menyerang
pertanaman kopi dan manajemen suatu perkebunan. Pengelolaan dan pengawasan yang
baik terhadap kegiatan pemupukan sangat diperlukan demi kelanjutan keseluruhan
kegiatan budidaya tanaman kopi di lapang serta untuk pencapaian target produksi
yang diinginkan (Rahardjo, 1982).
Pemupukan dengan metode
Placement atau penempatan pada tempat
tertentu bisa dilakukan dengan menerapkan pembuatan alur atau larikan yang
mengelilingi tanaman. Pembuatan alur atau larikan yang mengelilingi tanaman ini
ditujukan agar perakaran dari tanaman kopi sendiri dapat lebih mudah dalam memperoleh
unsur hara yang ada didalam tanah, karena perakaran tanaman menyebar luas
seiring dengan berkembangnya tanaman maka dilakukan pembuatan larikan atau parit
ini pada saat pemupukan untuk menyediakan kebutuhan hara mikro bagi tanaman
untuk kepentingan fisiologisnya. Akan tetapi apabila parit atau larikan ini
lurus tanpa mengelilingi tanaman maka dikawatirkan pemupukan yang dilakukan
dengan metode ini akan tidak tepat sasaran pada tanaman kopi yang memerlukan
unsur hara.
Pemupukan dengan
menerapkan sistem parit atau alur pada tanaman kopi dapat dilakukan dengan
pembersihan lahan dari gulma terlebih dahulu sebelum dilakukan pembuatan parit.
Setelah dilakukan pembersihan maka dapat dilakukan pembuatan parit atau alur
yang melingkari tanaman kopi dengan kedalaman 10 cm. setelah pembuatan parit
selesai maka pupuk ditaburkan pada parit yang sudah jadi lalu parit tersebut
ditutup dengan tanah kembali agar tidak terjadi penguapan pada pupuk dan pupuk
tidak terbawa erosi. Setelah semuanya selesai maka parit yang sudah terisi
pupuk tersebut disiram dengan menggunakan air. Penyiraman ini bertujuan agar
mengurangi resiko penguapan dan supaya pupuk cepat diresap oleh rambut-rambut
akar supaya produktivitas lebih tinggi.
Tingkat keefisienan
suatu pupuk dapat dilihat dari keinginan yang ingin diperoleh. Para petani
kebun kopi biasanya ingin memiliki tanaman kopi yang berbuah banyak dengan
melakukan pemeliharaan, salah satunya pemupukan dengan menggunakan bahan
anorganik. Bahan anorganik memang terbukti dapat menyediakan kebutuhan hara
mikro seperti N dalam jumlah yang relative banyak atau tersedia bagi tanaman
untuk memperoleh produktivitas yang tinggi. Penerapan pemupukan dengan bahan
anorganik ini memberikan hasil yang langsung pada suatu tanaman. akan tetapi
apabila dosis yang diterapkan tidak sesuai dengan umur tanaman maka tanaman
akan mengalami kelayuan, serta dampak yang akan terjadi pada tanah dalam waktu
yang lama maka tanah tersebut akan mengalami pengerasan akibat struktur dan
tekstur tanahnya yang rusak dan akan mengalami cekaman karena tidak dapat
mengikat hara yang ada didalam tanah karena agregat tanahnya yang sudah tidak
stabil.
Pemupukan dengan
menggunakan pupuk organik memang tidak memberikan hasil yang langsung tampak
pada tanaman, akan tetapi penerapan dengan metode ini dapat memperbaiki tingkat
struktur dan tekstur tanah serta dapat memperkuat daya agregat tanah dalam
mengikat unsur hara yang ada di dalam tanah. pemupukan dengan pupuk organik ini
juga dapat meningkatkan
daya tahan dan daya serap air. Memperbaiki drainase dan pori-pori dalam tanah. Menambah dan mengaktifkan
unsur hara. Apabila penerapan pemupukan organik ini dilakukan terus menerus
maka akan mungkin pada tahun kedua pada tanaman kopi akan menghasilkan jumlah
buah yang lebih banyak dari buah kopi yang dihasilkan dengan menggunakan pupuk
anorganik. Dalam waktu yang lama, tanah yang selalu diterapkan dengan
menggunakan pemupukan organik maka hara tanahnya akan tersedia melimpah dan
dapat mendukung pada produktifitas tanaman kopi.
0 komentar:
Posting Komentar