Minggu, 08 Desember 2013

PEMUPUKAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) DALAM BUDIDAYA TANAMAN KOPI



BAB 1. PENDAHULUAN

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan budidaya yang perlu dilakukan. Pemupukan adalah proses menambahkan unsur hara pada tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah serta tanaman tercukupi unsur hara yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya. Pupuk sendiri sebenarnya berupa zat yang ditambahkan pada tanah supaya unsur haranya dapat terpenuhi. Sehingga didapatkan tanah yang lebih produktif dan dapat menunjang pertumbuhan tanaman dan akar dengan baik. Tanah yang subur merupakan tanah yang berkualitas tinggi yang dapat menentukan tumbuh dan berkembangnya tanaman sehingga menghasilkan produksi serta bahan tanaman yang berkualitas. Hal tersebut sangat mutlak dalam melakukan budidaya tanaman.
Pemupukan pada tanaman kopi mempunyai tujuan untuk memenuhi keperluan unsur hara tanaman. Tanaman kopi ini mengambil hara dari dalam tanah untuk pertumbuhan vegetatif dan juga untuk pertumbuhan buah. Pertumbuhan vegetatif ini sama pentingnya dengan pembuatan buah, karena buah kopi ini hanya terbentuk oleh cabang-cabang lateral yang merupakan produk pertumbuhan vegetatif. Sedangkan pengambilan hara dari tanaman kopi ini sangat berbeda-beda dan menurut jenis kopi itu sendiri. Untuk memastikan keperluan pupuk pada tanaman ditentukan oleh dua factor yakni pengambilan hara oleh tanaman dari didalam tanah serta persedian kandungan unsur hara didalam tanah.
Untuk tahu keperluan pemupukan dibutuhkan kajian tanah serta kajian daun tanaman kopi, yang sebisa-bisanya dilengkapi dengan percobaan lapangan. Faedah pemupukan yaitu untuk perbaikan situasi tanaman, peningkatan produksi serta mutu, serta stabilisasi produksi. Pupuk majemuk memiliki sebagian keuntungan dibanding dengan pupuk tunggal contohnya cost pengangkutan, aplikasi pupuk, dan seterusnya. Pemberian pupuk yang salah bukan hanya saja tidak efisien, namun kerap menurunkan produksi. Perihal ini dikarenakan tanaman kopi kurang mempunyai daya serap selektif pada pemberian pupuk yang tidak seimbang.
Dosis pupuk untuk tanaman kopi amat mutlak dikarenakan dosis yang terlampau kecil dari semestinya, kurang atau bahkan tidak memberikan keuntungan. Demikian juga bila dosis pupuk yang didapatkan terlampau besar. Penetapan dosis maksimal didasarkan pada data kajian tanah, kajian daun, serta juga hasil-hasil percobaan lapangan. Waktu pemupukan sesuai dengan keperluan tanaman serta situasi iklim. Pupuk diberikan pada lingkar piringan pohon sesudah terlebih dulu dicangkul mudah serta dibikin parit dangkal. pupuk urea diberikan dengan langkah dibenamkan didalam tanah untuk menghindar hilangnya pupuk melewati penguapan. pupuk diberikan pada lingkar tajuk pohon kopi serta janganlah diberikan diluar lingkar tajuk pohon kopi dikarenakan biasanya ada banyak gulma. sebaliknya janganlah berikan pupuk dekat pangkal batang dikarenakan di bagian ini akar serabut cuma sedikit.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Kopi dapat digolongkan hingga lebih dari 70 jenis. Namun pada umumnya jenis-jenis kopi yang lebih banyak dikenal yaitu kopi arabika, kopi robusta, kopi ekselsa dan kopi liberika. Taksonomi tanaman kopi adalah sebagai berikut :
Divisio             : Magnoliophyta
Sub division    : Angiospermae
Klas                 : Dycotyledon
Ordo                : Gentanales
Famili              : Rubiaceae
Genus              : Coffeae
Spesies            : Coffea sp. (Aak, 1998).
Tanaman kopi (Coffea sp.) termasuk familia Rubiaceae dan merupakan tanaman tropis yang banyak diperdagangkan di dunia. Diperdagangan dunia dikenal dua macam kopi, yaitu kopi Arabica dan Robusta. Di Indonesia kopi Robusta paling banyak yaitu mencapai 87,1 % dari total produksi kopi Indonesia. Sebagian besar hasil produksi kopi masuk dalam perdagangan ekspor, dengan negara tujuan Amerika Serikat, Jerman, dan Singapura (Aak dalam Rohmah, 2010).
Di Indonesia kopi merupakan salah satu komiditi ekspor yang mempunyai arti yang cukup penting. Selain sebagai komoditi ekspor, kopi juga merupakan komoditi yang dikonsumsi di dalam negeri. Menurut survei yang pernah dilakukan Departemen Pertanian, rata-rata penduduk Indonesia mengkonsumsi kopi sebanyak 0,5 kg/orang/tahun. Dengan demikian dengan jumlah penduduk Indonesia ± 170 juta, maka diperkirakan setiap tahun diperlukan stok kopi sebanyak 85.000 ton kopi untuk keperluan konsumsi dalam negeri (Maharani, 2013).
Sejak tahun 1998, posisi Indonesia sebagai produsen kopi terbesar ketiga dunia setelah Brasil dan Kolumbia tergeser oleh Vietnam yang mampu memproduksi kopi 750.000 ton dengan kontribusi 10,7% terhadap total produksi dunia (Ditjenbun 2006). Pergeseran ini disebabkan kopi Indonesia kurang memiliki daya saing akibat rendahnya produktivitas, yaitu hanya 539 kg biji kering/ha/tahun, lebih rendah dibandingkan dengan negara produsen utama lainnya seperti Vietnam (1.540 kg/ha/tahun), Kolumbia (1.220 kg/ ha/tahun), dan Brasil (1.000 kg/ha/tahun) (Ditjenbun dalam Mahfud, 2012).
Di Jawa tanaman ini tumbuh optimal sekitar ketinggian 300-700 m, sedang di tanah asalnya sampai ketinggian 1200 m dari permukaan laut. Temperatur yang dikehendaki untuk jenis ini ialah sekitar 21-24°C. tanaman kopi pada umumnya tumbuh optimal di daerah dengan curah hujan 2.000-3.000 mm/th. Tanaman kopi menghendaki penyinaran dibawah 80% agar dapat tumbuh dengan baik. Kemiringan tanah yang dapat ditanami kopi harus kurang dari 45% dengan kedalaman tanah efektif lebih dari 100% (Tim Karya Tani Mandiri, 2005).
Perbanyakan kopi arabika umumnya dilakukan dengan benih sehingga bahan tanam anjurannya berupa varietas. Namun cara perbanyakan tersebut memiliki beberapa kelemahan antara lain sifat morfologi anakan yang berbeda dengan induknya dan keterbatasan jumlah bahan tanam yang dihasilkan. Guna mengatasi masalah tersebut, dilakukan perbanyakan dengan teknik kultur in vitro secara embriogenesis somatik. Embriogenesis somatik adalah cara perbanyakan tanaman dengan menggunakan sel somatik yang dapat tumbuh menjadi individu bipolar yang memiliki karakteristik sama dengan induknya tanpa melalui proses fusi gamet. Keunggulan dari metode embryogenesis somatik adalah jumlah propagul yang dihasilkan sangat banyak, bersifat sama dengan induknya, seragam secara morfologi dan dapat diperoleh dalam waktu yang singkat. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan embriogenesis somatik kopi antara lain sumber eksplan yang digunakan, komposisi zat pengatur tumbuh dalam media dan lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh dalam embriogenesis somatik kopi arabika antara lain keasaman, kelembaban, suhu dan cahaya (Ardiyani, 2012).
Aspek mutu sangat penting dalam perdagangan kopi biji dunia. Sejauh ini beberapa kajian tentang topik mutu kopi biji telah dilakukan oleh Charley dan Weafeer (1998) yang telah memetakan mutu kopi yang diperdagangkan di dunia, Gonzales-Rios et al. (2007) menghubungkan aspek mutu kopi dengan penanganan pasca panen, Alejandro dan Morales (2002) mengkaji masalah sistem grading, Menurut SNI 01-2907-2008, pengklasifikasian mutu biji kopi ditinjau dari beberapa nilai cacat yaitu antara lain biji normal, pecah hitam, tutul, lubang>1, gosong kulit ari dan cemaran fisik seperti batu, tanah, ranting dan kerikil (Jaya, 2008).
Pemupukan pada umumnya bertujuan untuk memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan zat- zat kepada tanah yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat menyumbangkian bahan makanan kepada tanaman. Kegiatan pemupukan di afdeling Banaran- Delik dilakukan berdasarkan kebijakan dari kebun yang disesuaikan dengan keadaan kebun dan biaya yang tersedia. Pupuk yang digunakan mengandung unsur X yang didapatkan dari pupuk urea, unsur P yang didapatkan dari pupuk Sulfomag plus, dan lmsur K yang didapatkan dari pupuk KC1. Dosis realisasi yang berbeda dengan dosis rekolnendasi didasarkan atas pertiinbangan biaya dan keadaan di lapang.Cara pemupukan dengan me~nbuata lur pupuk berbentuk liumf U, dengan terlebih dahulu dilakukan pembersihan gulma yang ada di sekitar batang utama tanaman kopi (Candra M, dkk. 1998).
Kegiatan pemupukan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan untuk mencapai produksi yang diinginkan. Selain aplikasi pemupukan, faktor lain yang berpengaruh pada produksi adalah iklim, hama dan penyakit yang menyerang pertanaman kopi dan manajemen suatu perkebunan. Pengelolaan dan pengawasan yang baik terhadap kegiatan pemupukan sangat diperlukan demi kelanjutan keseluruhan kegiatan budidaya tanaman kopi di lapang serta untuk pencapaian target produksi yang diinginkan (Rahardjo, 1982).
Penempatan pupuk yang tepat sangat diperlukan agar pupuk dapat terserap tanaman sehingga pemupukan dapat lebih efektif guna meningkatkan produktifitas. pemupukan dilakukan dengan membuat alur sedalam 10 cm di sekeliling batang pokok tanaman kopi dengan jarak antara batang pokok dan alur kira-kira setengah diameter tajuk daun. Penempatan pupuk dengan cara ini dianggap tepat karena dapat meningkatkan efisiensi penyerapan pupuk, karena cara peletakan pupuk yang tersebar disekitar batang utama tanaman kopi dan dibenamkan sangat baik untuk mengurangi kehilangan karena pencucian atau penguapan (Suwarto dan Octavianty, 1999).
 
4.2 Pembahasan
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan budidaya yang perlu dilakukan. Pemupukan adalah proses menambahkan unsur hara pada tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah serta tanaman tercukupi unsur hara yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya. Pupuk sendiri sebenarnya berupa zat yang ditambahkan pada tanah supaya unsur haranya dapat terpenuhi. Sehingga didapatkan tanah yang lebih produktif dan dapat menunjang pertumbuhan tanaman dan akar dengan baik. Tanah yang subur merupakan tanah yang berkualitas tinggi yang dapat menentukan tumbuh dan berkembangnya tanaman sehingga menghasilkan produksi serta bahan tanaman yang berkualitas. Hal tersebut sangat mutlak dalam melakukan budidaya tanaman.
Pemupukan yang efektif dan efisien akan meningkatkan keberhasilan pemupukan. Pemupukan sendiri terbagi dari dua cara yaitu pemupukan dengan sistem sebar (broadcasting) dan pemupukan dengan sistem penempatan pada tempat tertentu (placement). Pemupukan dengan sistem sebar (broadcasting) dapat dilakukan dengan cara pupuk yang disebarkan merata pada tanah-tanah di sekitar pertanaman atau pada waktu pembajakan atau penggaruan terakhir, sehari sebelum tanam, kemudian diinjak-injak agar pupuk masuk ke dalam tanah. Kerugian cara ini ialah merangsang pertumbuhan rumput pengganggu atau gulma dan kemungkinan pengikatan unsur hara tertentu oleh tanah lebih tinggi. Beberapa pertimbangan untuk menggunakan cara ini yaini dengan tanaman ditanam pada jarak tanam yang rapat, baik teratur dalam barisan maupun tidak teratur dalam barisan. Tanaman mempunyai akar yang dangkal atau berada pada dekat dengan permukaan tanah. Tanah mempunyai kesuburan yang relatif baik. Pupuk yang dipakai cukup banyak atau dosis permukaan tinggi. Daya larut pupuk besar, karena bila daya larutnya rendah maka yang diambil tanaman sedikit.
Sedangkan pemupukan dengan sistem penempatan pada tempat tertentu (placement) dapat dilakukan dengan cara pembuatan lubang kecil membentuk alur yang nantinya menjadi tempat diletakkanya pupuk yang akan diaplikasikan dan kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan yang umum dilaksanakan yaitu pemupukan dengan cacah. Jarak parit atau larikan dari pangkal batang disesuaikan dengan lebar tajuk tanaman kopi yang akan dipupuk. Kemudian pupuk ditabur pada lingkar piringan pohon yang telah dibuat.  Pupuk diberikan dengan langkah dibenamkan didalam tanah untuk menghindar hilangnya pupuk melewati penguapan. Untuk tanaman tahunan ditaburkan melingkari tanaman dengan jarak tegak lurus daun terjauh (tajuk daun) dan ditutup kembali dengan tanah. Cara ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan antara lain pupuk yang digunakan relatif sedikit, Jarak tanam antara tanaman yang dipupuk cukup jarang dan jarak antara barisan pertanaman cukup jarang, kesuburan tanah rendah, tanaman dengan perkembangan akarnya yang sedikit, untuk tanah tegalan atau darat serta bila mengkhawatirkan akan terjadi pengikatan unsur hara oleh tanah dalam jumlah yang cukup besar. Hal itu penting dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan tanaman berproduksi.
Tingkat keefisienan pemupukan sebenarnya bertumpu pada tingkat keberhasilan setelah dilakukan pemupukan. Akan tetapi apabila diterapkan dilapang dari kedua metode tersebut, tingkat pemupukan yang lebih efisien terdapat pada metode dengan alur atau larikan yang efisien diterapkan apabila tanaman masih fase vegetatif. Melihat dari penerapan medode ini dilapang, dalam pembuatan alur atau larikan disesuaikan dengan mengikuti lebar tajuk atau piringan tajuk tanaman. Pembuatan alur mengikuti lebar tajuk karena perkembangan perakaran pada tanaman biasanya seluas dari tajuk tanaman pada masa tanaman masih masa vegetative. Memasuki perkemabangan tanaman pada fase generative, penerapan metode alur ini kurang efisien dikarenakan perkembangan perakaran sudah tidak sesuai lagi dengan lebar tajuk tanaman, hal ini dikarenakan dari tajuk tanaman kopi sendiri sudah mengalami pemangkasan yang dapat mengurangi dari lebar tajuk pohon. Oleh karena itu untuk menghindari kesalahan dalam pengaplikasian atau tidak tepat sasaran maka dilakukan pemupukan dengan sistem cacah agar pupuk dapat diserap dengan mudah oleh tanaman kopi. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pemupukan yaitu:
1.    Tepat Jenis.
Jenis pupuk disesuaikan dengan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
2.    Tepat Dosis.
Pemberian pupuk harus tepat takarannya, disesuaikan dengan jumlah unsur hara yang dibutuhkan tanaman pada setiap fase pertumbuhan tanaman.
3.    Tepat Waktu.
Harus sesuai dengan masa kebutuhan hara pada setiap fase atau umur tanaman, dan kondisi iklim atau cuaca misalnya pemupukan yang baik jika dilakukan di awal musim penghujan atau akhir musim kemarau, pengaplikasian PPC sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 11 siang.
4.    Tepat Cara.
Cara pengaplikasian pupuk disesuaikan dengan bentuk fisik pupuk, pola tanam, kondisi lahan dan sifat fisik , kimia tanah dan biologi tanah.
5.    Tepat Sasaran.
Pemupukan harus tepat pada sasaran yang ingin dipupuk, misalnya jika yang ingin dipupuk adalah tanaman, maka pemberian pupuk harus berada didalam radius daerah perakaran tanaman, dan sebelum dilakukan pemupukan maka areal pertanaman harus bersih dari gulma-gulma pengganggu. Serta jika pemupukan ditujukan untuk tanah, maka aplikasinya dilakukan pada saat pengolahan tanah, dan berdasarkan pada hasil analisa kondisi fisik dan kimia tanah.
Pemupukan pada tanaman kopi dilakukan minimal dua kali dalam setahun, yaitu pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan. Pada awal musim hujan tanaman memerlukan nitrogen untuk pertumbuhan vegetatifnya, sedangkan pada akhir musim hujan tanaman memerlukan pupuk kalium untuk fase generative. Selain digunakan pupuk anorganik pada pemupukan tanaman kopi, juga dianjurkan pemakaian pupuk organik untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah yang tingkat kegemburannya berkurang. Kegiatan pemupukan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan untuk mencapai produksi yang diinginkan. Selain aplikasi pemupukan, faktor lain yang berpengaruh pada produksi adalah iklim, hama dan penyakit yang menyerang pertanaman kopi dan manajemen suatu perkebunan. Pengelolaan dan pengawasan yang baik terhadap kegiatan pemupukan sangat diperlukan demi kelanjutan keseluruhan kegiatan budidaya tanaman kopi di lapang serta untuk pencapaian target produksi yang diinginkan (Rahardjo, 1982).   
Pemupukan dengan metode Placement atau penempatan pada tempat tertentu bisa dilakukan dengan menerapkan pembuatan alur atau larikan yang mengelilingi tanaman. Pembuatan alur atau larikan yang mengelilingi tanaman ini ditujukan agar perakaran dari tanaman kopi sendiri dapat lebih mudah dalam memperoleh unsur hara yang ada didalam tanah, karena perakaran tanaman menyebar luas seiring dengan berkembangnya tanaman maka dilakukan pembuatan larikan atau parit ini pada saat pemupukan untuk menyediakan kebutuhan hara mikro bagi tanaman untuk kepentingan fisiologisnya. Akan tetapi apabila parit atau larikan ini lurus tanpa mengelilingi tanaman maka dikawatirkan pemupukan yang dilakukan dengan metode ini akan tidak tepat sasaran pada tanaman kopi yang memerlukan unsur hara.
Pemupukan dengan menerapkan sistem parit atau alur pada tanaman kopi dapat dilakukan dengan pembersihan lahan dari gulma terlebih dahulu sebelum dilakukan pembuatan parit. Setelah dilakukan pembersihan maka dapat dilakukan pembuatan parit atau alur yang melingkari tanaman kopi dengan kedalaman 10 cm. setelah pembuatan parit selesai maka pupuk ditaburkan pada parit yang sudah jadi lalu parit tersebut ditutup dengan tanah kembali agar tidak terjadi penguapan pada pupuk dan pupuk tidak terbawa erosi. Setelah semuanya selesai maka parit yang sudah terisi pupuk tersebut disiram dengan menggunakan air. Penyiraman ini bertujuan agar mengurangi resiko penguapan dan supaya pupuk cepat diresap oleh rambut-rambut akar supaya produktivitas lebih tinggi.
Tingkat keefisienan suatu pupuk dapat dilihat dari keinginan yang ingin diperoleh. Para petani kebun kopi biasanya ingin memiliki tanaman kopi yang berbuah banyak dengan melakukan pemeliharaan, salah satunya pemupukan dengan menggunakan bahan anorganik. Bahan anorganik memang terbukti dapat menyediakan kebutuhan hara mikro seperti N dalam jumlah yang relative banyak atau tersedia bagi tanaman untuk memperoleh produktivitas yang tinggi. Penerapan pemupukan dengan bahan anorganik ini memberikan hasil yang langsung pada suatu tanaman. akan tetapi apabila dosis yang diterapkan tidak sesuai dengan umur tanaman maka tanaman akan mengalami kelayuan, serta dampak yang akan terjadi pada tanah dalam waktu yang lama maka tanah tersebut akan mengalami pengerasan akibat struktur dan tekstur tanahnya yang rusak dan akan mengalami cekaman karena tidak dapat mengikat hara yang ada didalam tanah karena agregat tanahnya yang sudah tidak stabil.
Pemupukan dengan menggunakan pupuk organik memang tidak memberikan hasil yang langsung tampak pada tanaman, akan tetapi penerapan dengan metode ini dapat memperbaiki tingkat struktur dan tekstur tanah serta dapat memperkuat daya agregat tanah dalam mengikat unsur hara yang ada di dalam tanah. pemupukan dengan pupuk organik ini juga dapat meningkatkan daya tahan dan daya serap air. Memperbaiki drainase dan pori-pori dalam tanah. Menambah dan mengaktifkan unsur hara. Apabila penerapan pemupukan organik ini dilakukan terus menerus maka akan mungkin pada tahun kedua pada tanaman kopi akan menghasilkan jumlah buah yang lebih banyak dari buah kopi yang dihasilkan dengan menggunakan pupuk anorganik. Dalam waktu yang lama, tanah yang selalu diterapkan dengan menggunakan pemupukan organik maka hara tanahnya akan tersedia melimpah dan dapat mendukung pada produktifitas tanaman kopi.

 

0 komentar:

Posting Komentar