Minggu, 08 Desember 2013

SISTEM PERTANIAN VERTIKULTUR



BAB 1. PENDAHULUAN

Lahan merupakan suatu komponen yang tidak dapat ditinggalkan dalam membudidayakan tanaman. Sejak dikeluarkannya kebijakan swasembada beras pada saat orde baru kini kondisi lahan semakin lama semakin menurun. Hal ini bisa terjadi karena disebabkan oleh penggunaan lahan yang dilakukan secara terus menerus tanpa memperhatikan kondisi dari lahan itu sendiri. Namun pada saat era demokrasi ini permasalahan yang ada pada lahan bukan hanya karena menurunnya kualitas lahan, melainkan adanya pengalihan fungsi lahan. Hal ini dibuktikan dengan menambahnya bangunan seperti perumahan dan lain sebagainya yang membuat lahan di pulau jawa sendiri kini menjadi sempit. Dengan adanya permasalahan tersebut maka diperlukan suatu inovasi di bidang pertanian untuk mengatasi permasalahan alih fungsi lahan yang saat ini sudah berkembang dan mengurangi perluasan pada lahan pertanian.

Salah satu sistem dalam bidang pertanian yang dapat mengatasi permasalahan alih fungsi lahan yaitu dengan menerapkan sistem pertanian vertikultur. Dimana sistem vertikultur ini merupakan sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Meskipun dapat kita ketahui bahwa sistem ini tidak bisa sepenuhnya menggantikan fungsi lahan tetapi melalui sistem ini maka kita masih dapat membudidayakan tanaman meskipun dalam jumlah yang relative sedikit maupun dalam jumlah yang lebih banyak. Kelebiahan dari sistem vertikultur ini yaitu efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan sistem konvensional, penghematan pemakaian pupuk dan pestisida, kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil, dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu, dan mempermudah dalam pengontrolan atau pemeliharaan tanaman.
Jenis dari tanaman yang dapat ditanam secara vertikultur sendiri sangat banyak. Seperti pada komoditas sayuran, tanaman hias maupun tanaman obat. Dari komoditas sayuran sendiri seperti sawi, kucai, pakcoi, kangkung, bayam, kemangi, caisim, seledri, selada bokor dan bawang daun. Budidaya tanaman sayuran secara vertikultur ini dapat dilakukan di pekarangan rumah untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan juga meminimalisirkan pengeluaran keluarga. Sedangkan untuk modelnya sendiri, budidaya secara vertikultur meliputi model gantung, model tempel, model tegak, dan model rak. Komposisi media yang digunakan dalam budidaya vertikultur sebaiknya  terdiri dari lapisan topsoil, pasir halus, pupuk kandang, kompos dan kapur pertanian. Pelaksanaan penanaman vertikultur dapat dilakukan pada suatu tempat tertentu baik berupa polibag, pot, tas plastic, gerabah tanah, keramik atau paralon, kaleng bekas serta batang bambu. Bahwa dengan penanaman sisitem vertikultur disamping menghemat lahan pertanian ternyata dapat juga menghemat kebutuhan air, karena air merupakan factor pembatas bagi tanaman untuk daerah tertentu. 

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
   Vertikultur merupakan sebuah cara bercocok tanaman dengan susunan vertikal atau keatas menuju udara bebas, untuk tempat media tumbuhnya sendiri biasanya disusun secara vertical juga. Penempatan media tanamnya biasanya bisa menggunakan kaleng, paralon, riul, maupun papan kayu yang bisa digunakan sebagai alternative tempat media tanam. Penggunaan cara bercocok tanaman dengan metode vertikultur ini sangat cocok diterapkan pada lahan yang sempit terutama dipekarangan rumah yang tidak mempunyai lahan luas. Sistem vertikultur ini juga memberikan keuntungan dalam dunia pertanian karena selama ini banyak sekali isu mengenai alih fungsi lahan. Dengan menerapkan sistem pertanian vertikultur ini juga diharapkan menambah produksi para petani yang terkendala permasalahan adanya alih fungsi lahan. Di Indonesia sendiri sistem pertanian vertikultur dikembangkan pada tahun 1987 ( Wartapa, 2010). 

Pemilihan metode budidaya tanaman ternyata selama ini sangat berpengaruh terhadap hasil produksi suatu tanaman yang berdampak juga terhadap kesejahteraan para petani laut yang semakin menurun, contohnya saja pada pertumbuhan tanaman rumput laut. Hingga saat ini metode yang digunakan oleh kebanyakan petani rumput laut yaitu metode long line, akan tetapi metode ini tidak memberikan hasil yang begitu memuaskan bagi para petani rumput laut. Oleh karena itu perlu adanya suatu metode baru dalam budidaya tanaman yang dapat memberikan nilai produksi yang lebih  dan dapat menguntungkan bagi para petani lumput laut. salah satu metode baru yang dapat diterapkan dalam budidaya rumput laut pada pertanian yang akan mendatang yaitu metode vertikultur, metode ini tidak bisa langsung diterapkan karena harus melalui penelitian dahulu mengenai hasil dan cara budidaya rumput laut secara vertikultur (Syahlun, 2013).
Penerapan budidaya secara vertikultur pada rumput laut sendiri dengan cara mengikatkan bibit-bibit rumput laut sendiri dalam posisi vertical atau tegak lurus pada tali yang telah disusun sejajar. Namun salah satu kendala yang masih dialami para petani rumput laut yaitu belum adanya informasi mengenai penerapan budidaya rumput laut dengan metode vertikultur dan bobot awal bibit rumput laut tang tepat. Karena belum adanya informasi tersebut maka banyak dari kalangan petani sendiri yang masih mempertahankan budidaya menggunakan metode long line (Syahlun, 2013).     
Sektor pertanian selama ini telah memberikan sumbangan yang tidak sedikit dalam proses pembangunan nasional. Namun yang terjadi saat ini produktivitas sektor pertanian cenderung terus menurun sehubungan dengan timbulnya berbagai macam permasalahan dari kegiatan pembangunan yang hanya bertumpu terhadap pertumbuhan ekonomi saja tanpa mempertimbangkan kondisi dari lahan yang digunakan sebagai proses budidaya tanaman. Beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh sektor pertanian dimasa ini maupun pada masa mendatang adalah cepatnya laju alih lahan pertanian produktif menjadi berbagai peruntukan lainnya seperti dijadikan tempat industri dan lain sebagainya serta derasnya mobilisasi penduduk ke perkotaan yang diantaranya diakibatkan oleh semakin rendahnya tingkat pendapatan penduduk desa karena makin sempitnya lahan usaha dan membuat banyak penduduk desa beralih profesi dari petani manjadi bekerja disektor luar pertanian. Untuk menanggulangi banyaknya lahan pertanian yang kini sudah berubah menjadi sektor lain maka perlu adanya suatu penerapan sistem pertanian berkelanjutan, salah satunya dengan memanfaatkan sistem vertikultur karena sistem ini bisa diterapkan dilahan yang sempit dan dapat memenuhi kebutuhan penduduk desa yang berpindah kekota karena soal perekonomian yang dialami (Sutarminingsih, 2003).
Persoalan yang kini dialami oleh kebanyakan petani yang ada di Indonesia tentang banyaknya alih fungsi lahan ternyata bisa diatasi dengan menerapkan sistem vertilultur karena sistem ini bisa diterapkan pada lahan yang sempit seperti pekarangan rumah. Meskipun pada awalnya sistem ini merupakan sistem biasa yang hanya ditanam dalam satu pot, akan tetapi setelah dikira-kira ternyata dengan mengusahakan tanaman dalam pot secara bertingkat dapat diperoleh populasi tanaman yang jauh kebih banyak. Seiring dengan berkembangnya jaman maka muncul sistem vertikultur dengan aneka bentuk dan bahan wadah yang digunakan. Kelebihan dari sistem ini yaitu dapat menghemat lahan karena meskipun dilahan yang sempit tetapi sisten ini tetap bisa diterapkan, dapat diperoleh hasil yang lebih banyak dari pada cara biasa, tidak tergantung musim karena sistem vertikultur bisa dilakukan sepanjang waktu tanpa harus menunggu musim tertentu, lebih efisien tenaga kerja maupun penggunaan pupuk, ganguan gulma dan penyakit yang ada relative lebih minim karena media tanam yang digunakan lebih steril dari metode konvensional dan kelebihan lainnya dari sistem ini yaitu dapat dijadikan sebagai hiasan rumah (Haryanto, 2007).    
Melakukan budidaya sayuran dalam pekarangan rumah yang luasnya relative sempit memang harus memikirkan suatu perencanaan yang tepat. Suatu perencanaan dibutuhkan karena kita juga harus memikirkan dan memperhatikan berbagai macam aspek halaman rumah. Oleh karena itu kita perlu tahu apa yang akan dibuat dengan luasan pekarangan yang kita miliki dan memikirkan tanaman apa yang cocok ditanam pada suatu halaman rumah yang kita miliki. Faktor lain yang juga tidak kalah penting dalam melakukan budidaya di pekarangan rumah yaitu faktor estetika atau keindahan. Setelah melakukan semua perencanaan maka langkah selanjutnya yaitu kita dapat memilih sistem apa yang akan kita gunakan pada lahan rumah yang sempit, untuk sistem lahan rumah yang sempit sebaiknya sistem yang digunakan yaitu sistem budidaya secara vertikultur karena metode ini sangat cocok untuk diterapkan pada lahan yang sangat sempit (Sanusi, 2010).   
Dalam melakukan budidaya tanaman saat ini masih banyak yang menerapkan sistem pertanian secara konvensional, salah satu budidaya tanaman yang masih menerapkan sistem konvensional yaitu budidaya pada bawang merah. Untuk melakukan budidaya bawang merah secara konvensional perlu adanya penyiapan lahan dahulu, biasanya lahan yang dibutuhkan untuk budidaya seperti ini membutuhkan lahan yang sangat lebar dan memerlukan perawatan yang optimal serta membutuhkan modal yang cukup besar. Adanya alih fungsi lahan juga membuat petani kurang beruntung jika menggunakan sistem pertanian secara konvensional. Untuk meminimalisir hal tersebut maka perlu adanya suatu konsep pembangunan pertanian yang berkelanjutan dengan memanfaatkan lahan sempit tetapi dapat menguntungkan dan menaikkan taraf hidup petani. Sistem dengan memanfaatkan lahan yang sempit ini biasa disebut dengan sistem pertanian secara vertikultur. Dimana vertikultur sendiri merupakan pola bercocok tanamam yang menggunakan wadah tanam yang disusun vertikal atau keatas untuk mengatasi keterbatasan lahan (Supriyadi, 2013).
Untuk melakukan suatu budidaya tanaman diperlukan suatu manajemen dalam memadukan suatu teknologi dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang atau yang biasa disebut petani dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Salah satu sumber daya yang dibutuhkan dalam melakukan budidaya tanaman yaitu unsur hara, tanpa adanya komponen ini maka budidaya tanaman tidak akan berjalan dengan baik. Untuk meningkatkan produksi, selama ini petani masih tergantung dengan kebutuhan akan pupuk kimia maupun pestisida kimia yang dibutuhkan untuk melakukan pengendalian hama dan penyakit. Akan tetapi penggunaan bahan kimia secara kontinyu atau terus menerus akan menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan pertanian sendiri. Kerusakan yang terjadi terhadap lingkungan ini seperti degradasi lahan yang selama ini sudah banyak terjadi di Indonesia sendiri. Langkah awal yang harus diperhatikan untuk mengembalikan tingkat kestabilan lingkunagan saat ini maka perlu adanya suatu penerapan sistem pertanian yang betul-betul memperhatikan lingkungan. Salah satu sistem pertanian yang bisa mengembalikan lagi kestabilan lingkungan yaitu dengan menerapkan pertanian yang berkelanjutan. Dengan diterapkan sistem ini maka lahan pertanian yang sebelumnya terdegradasi akan kembali produktif lagi (Suwandi, 2009).    
Di pertanian saat ini banyak sekali masalah yang dihadapi oleh pemerintah maupun petani. Permasalahan yang dihadapi pemerintah sendiri seperti kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tetapi tidak terealikasikan dengan baik karena kurangnya perhatian dari pihak pemerintah sendiri. Sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh petani sendiri yaitu adanya konversi lahan, dimana konversi lahan sendiri merupakan perubahan fungsi sebagian ataupun seluruh lahan dari fungsinya yang semula menjadi fungsi lain yang bisa berdampak negate terhadap lahan itu sendiri. Konvensi lahan sendiri terjadi karena adanya suatu peningkatan aktivitas dan jumlah penduduk serta proses pembangunan lainnya. Adanya konversi lahan ini membuat lahan pertanian yang awalnya lebar atau banyak kini menjadi sedikit atau berkurang. Untuk menanggulangi adanya konversi lahan tersebut maka diperlukan adanya sistem pertanian yang dapat dikembangkan pada lahan yang sempt. Salah satu sistem pertanian yang bisa diterapkan pada lahan yang sempit yaitu sistem budidaya tanaman dengan teknik vertikultur. Dimana sistem vertikultur ini merupakan sistem yang disusun secara bertingkat dan dapat memberikan hasil produk yang juga tidak kalah dengan menggunakan sistem pertanian secara konvensional. Sistem vertikultur ini juga dapat dibudifayakan di lingkungan rumah. Selain sebagai produk budidaya, sistem vertikultur ini juga bisa digunakan sebagai hiasan untuk memperindah lingkungan rumah (Hidayat, 2012).
 

 

0 komentar:

Posting Komentar