BAB
1. PENDAHULUAN
Kakao merupakan tanaman
tahunan (perennial) berbentuk pohon,
di alam dapat mencapai ketinggian 10 m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan
tingginya dibuat tidak lebih dari 5 m tetapi dengan tajuk menyamping yang
meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif. Tanaman kakao yang memiliki nama latin Theobroma cacao merupakan tumbuhan
berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini
dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat.
Kakao merupakan salah
satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa
bagi Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok utama kakao dunia
setelah Pantai Gading (38,3%) dan Ghana (20,2%) dengan persentasi 13,6%. Tidak
hanya itu, kakao juga merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mamiliki
peranan cukup penting bagi perekonomian nasional di Indonesia, khususnya
sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara.
Budidaya tanaman
perkebunan merupakan salah satu usaha dalam bidang pertanian yang menjanjikan.
Bermacam-macam jenis tanaman yang dapat dibudidayakan tersebut salah satunya
adalah kakao yang merupakan komoditi yang memiliki nilai komersial dan prospek
yang lumayan. Kakao di Indonesia adalah komoditas yang telah banyak
menyumbangkan pemasukan devisa untuk negara. Produksi kakao Indonesia sebagian
besar diekspor dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk konsumsi dalam
negeri. Produk yang diekspor sebagian besar dalam bentuk biji kering dan hanya
sebagian kecil dalam bentuk hasil olahan. Tujuan utama ekspor kakao Indonesia
adalah Amerika Serikat, Malaysia, Brazil dan Singapura.
Untuk melakukan
budidaya tanaman kakao yang baik dan benar, langkah awal yang perlu diketahui
adalah morfologi tanaman kakao itu sendiri. Morfologi merupakan ciri atau
karakter yang muncul atau nampak secara visual pada suatu organisme, dalam hal
ini morfologi tanaman kakao merupakan karakter yang nampak secara visual dari
kakao yang membedakan tanaman ini dengan tanaman laiinya. Umumnya morfologi
tanaman dilihat dai organ tubuh atau bagian tanaman tersebut, seperti akar,
batang, daun, bunga, dan buah.
Tanaman kakao memiliki
akar tunggang yang disertai dengan akar serabut, berkembangdi sekitar permukaan
tanah (dangkal, hanya kurang lebih sampai 30 cm). Batang tanaman kakao tumbuh
tegak, tinggi bisa mencapai 3 meter, terdapat jorket yang merupakan tempat
percabangna ortotrop ke pagiotrop dengan sifat percabangan yang demorfisme,
pada batang pokok terdapat tunas air atau wiwilan yang merupakan bukan organ
produktif sehingga perlu dilakukan pemangkasan. Daun tanaman kakao berbentuk
bulat telur dengan ujung yang meruncing, berukuan cukup besar dan lebar, saat
muda nerwarna merah mengkilat, daun kakao juga bersifat demorfisme, dan helaian
susunan tulang daunnya menyirip simetris. Bunga tanaman kakao tumbuh dan
berkembang dari bantlan pada batang dan cabang sehingga sifatnya disebut
kauliflori, berwarna putih sedikit ungu kemerahan, berukuran kecil, merupakan
organ generatif untuk pembentukan buah. Sedangkan buah kakao sendiri berbentuk
buat memancang dan meruncing, berwarna hijau saat masih sangat muda, kemudian
berwarna merah kecoklatan, dan akan berwarna kuning ketika masak.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah
satu komoditas ekspor yang menjadi andalan bagi Indonesia dalam upaya menambah
devisa. Disamping itu pengusahaan komoditas ini mampu menyediakan lapangan
kerja karena dapat dilakukan dengan sistem padat karya. Menurut dinas
perkebunan Riau, luas perkebunan Kakao adalah sebesar 5.663 ha dengan produksi
4,675 ton, dengan rincian perkebunan rakyat sebesar 73,98% (4.183 ha),
perkebunan negara sebesar 8,1% (453 ha) dan perkebunan swasta 18,2% (1,027 ha)
(Nurbaiti dan Maryani, 2007).
Kakao merupakan salah
satu jenis tanaman perkebunan yang telah lama dibudidayakan baik oleh
masyarakat maupun perusahaan perkebunan yang dikelola oleh pemerintah. Hal ini
disebabkan karena hingga saat ini berbagai produk pangan yang berbahan biji
kakao sangat digemari oleh semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu permintaan
pasar akan tanaman ini terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan
peningkatan pertumbuhan penduduk, baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor
ke berbagai negara yang merupakan produsen makanan berbahan dasar kakao. Untuk
itu maka Indonesia sebagai salah satu produsen perlu memanfaatkan peluang
tersebut untuk meningkatkan devisa negara dengan meningkatkan ekspor biji kakao
(Kurniasih, 2011).
Kakao merupakan
satu-satunya dari 22 jenis marga Theobroma,
suku Sterculiaceae, yang diusahakan secara
komersial. Sistematika tanaman ini sebagai berikut:
Divisi :
Spermatophyta
Anak divisi : Angioospermae
Kelas :
Dicotyledoneae
Anak kelas : Dialypetalae
Bangsa :
Malvales
Suku :
Sterculiaceae
Marga :
Theobroma
Jenis :
Theobroma cacao L
Beberapa sifat
(penciri) dari buah dan biji digunakan dasar klasifikasi dalam sistem
taksonomi. Berdasarkan bentuk buahnya, kakao dapat dikelompokkan ke dalam empat
populasi. Kakao lindak (bulk) yang telah tersebar luas di daerah tropika adalah
anggota sub jenis sphaerocarpum (BPTBTPP, 2008).
Pertumbuhan dan
produktivitas tanaman kakao ditentukan oleh sifat genetik bahan tanam serta
interaksinya dengan lingkungan tempat tumbuhnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa
produksi potensial ditentukan oleh bentuk bahan tanam yang digunakan, misalnya
berupa benih, entres, atau sel somatik. Pemilihan klon harapan tahan hama PBK
sebagai sumber bahan tanam maupun plasma nutfah merupakan salah satu modal
dasar untuk mendapat bahan tanam dengan produktivitas dan mutu hasil yang tinggi.
Perbanyakan tanaman melalui benih berupa biji disebut perbanyakan secara
generatif. Produksi dan pemeliharaan benih perkebunan diatur dalam Peraturan.
Selama dalam proses penangkaran, benih akan melalui pengujian lapangan, yang
meliputi kemurnian, keseragaman, dan kebersihan pertanaman. Setelah pengujian
lapangan, dilakukan pengujian laboratorium, untuk menguji kemurnian varietas
dan fisik, kandungan air, dan daya kecambah (Limbongan, 2012).
Pada setiap pembibitan
tanaman, air memiliki peranan yang sangat penting, kekurangan air dapat
menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel penjaga stomata akan
menurun, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang
terus-menerus akan menyebabkan perubahan irreversible (tidak dapat balik) dan
pada gilirannya tanaman akan mati. Selain pengaturan pemberia air, kesuburan
tanah merupakan hal lain yang perlu diperhatikan. Pertumbuhan dan perkembangan
tanaman kakao mulai dari perkecambahan sampai menghasilkan buah, membutuhkan
unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan bibit kakao normal.
Tidak tersedianya unsur hara bagi tanaman akan menyebabkan pertumbuhan tanaman
terganggu, sehingga dapat menurunkan hasil. Usaha peningkatan produksi
pertanian seperti pangan, hortikultura, perkebunan tidak terlepas dari peranan
pupuk sebagai bahan penyubur. Peningkatan efisiensi penggunaan pupuk harus
diperhatikan karena salah satu faktor yang membatasi produksi tanaman adalah
unsur hara dan pupuk dapat dipergunakan untuk mencapai keseimbangan hara untuk
keperluan pertumbuhan tanaman, sehingga akan dicapai hasil produksi yang
optimal (Asrul, 2011).
Kakao diklasifikasikan
dalam dua jenis, kakao bulk dan kakao fine flavour. Kakao bulk atau kakao
lindak berasal dari pohon-pohon forastero yang ditemukan di seluruh Afrika
Barat dan Brasilia, sedangkan kakao fine flavour pada umumnya berasal dari
pohon-pohon Criollo dan Trinitario yang ditemukan di Karibia, Venezuela,
Indonesia dan Papua Nugini. Pertumbuhan batang kakao bersifat dimorfisme yang
berarti memiliki dua macam bentuk pertumbuhan vegetatif. Pertama, kecambah yang
membentuk batang utama yang bersifat ortotrop pada umur tertentu akan membentuk
perempatan atau jorquette dengan 4-6 cabang primer tumbuh ke samping atau yang
disebut cabang plagiotrop (Poedjiwidodo, 1996).
Identifikasi morfologi
tanaman merupakan identifikasi terhadap tinggi tanaman, bentuk daun, jumlah
buah, jumlah cabang, dan lain-lain. Identifikasi secara morfologi memiliki
kelemahan yaitu penampilan sering rancu karena dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, subjektivitas peneliti dan umur tanaman. Oleh karena itu harus
diikuti dengan identifikasi molekuler untuk memperoleh data identifikasi
tanaman dengan tepat (Susantidiana, 2009).
Organ tanaman kakao
yang erat kaitannya dengan hasil buah adalah daun (sebagai tempat
berlangsungnya fotosintesis), batang dan percabangan (sebagai tempat tumbuh
bunga, buah, dan organ translokasi), serta akar (sebagai penopang tajuk tanaman
dan organ penyerap air dan hara). Keseimbangan perkembangan antar organ tanaman
perlu diatur melalui teknik budidaya yang baik dan benar sehingga dapat
diperoleh hasil produksi yang tinggi. Teknik budidaya seperti penaungan,
pemangkasan, pemupukan, atau pengairan samping batas tertentu (Ferlianto,
2006).
Tangkai daun bentuknya
silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya. Salah satu sifat khusus
daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal
dan ujung tangkai daun. Dengan persendian ini dilaporkan daun mampu membuat
gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari. Bentuk helai
daun bulat memanjang (oblongus) ujung daun meruncing (acuminatus) dan pangkal
daun runcing (acutus). Susunan daun tulang menyirip dan tulang daun menonjol ke
permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat
seperti perkamen (Karmawati dkk, 2010).
Indeks luas daun (ILD)
adalah besarnya angka perbandingan antara total luas permukaan seluruh daun
yang ada pada tajuk dengan luas bidang tanah yang dinauni tajuk tersebut. Pada
tingkat perkembangan awal, pertumbuhan dan leba daun akan terus bertambah
sejalan bertambahnya umur tanaman. Dengan demikian luas daun pada tajuk akan
bertambah, demikian pula luas tanah yang dilindungi jga meningkat. Peningkatan
luas daun cenderung mengakibatkan daun saling menutupi antara yang satu dengan
yang lainnya (Suwarto dan Octaviany, 2011).
Sejumlah faktor iklim
dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao.
Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah
hujan, temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang
menentukan. Demikian juga faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya
dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara. Ditinjau dari
wilayah penanamannya, kakao ditanam di daerah‐daerah yang berada pada 100 LU
sampai dengan 100 LS. Walaupun demikian penyebaran pertanaman kakao
secara umum berada pada daerah‐daerah
antara 70 LU sampai dengan 180 LS. Hal ini tampaknya erat
kaitannya dengan distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari
sepanjang tahun.
Curah hujan sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman kakao yaitu mengenai distribusinya sebagai pendukung
pertumbuhan sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa pembentukan
tunas muda dan produksi. Areal penanaman kakao yang ideal adalah daerah‐daerah bercurah hujan 1.100
‐ 3.000 mm per tahun. Tanaman
kakao juga dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal persyaratan fisik dan
kimia tanah yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi.
Kemasaman tanah (pH), kadar zat organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan
kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sedangkan faktor
fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase,
struktur, dan konsistensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan
sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan pertumbuhan kakao.
Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu
tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa
negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu
anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak
dibudidayakan. Tanaman kakao juga termasuk golongan tanaman tahunan yang
tergolong dalam kelompok tanaman caulofloris
yaitu tanaman yang berbunga dan berbuah pada batang dan cabang. Tanaman ini
pada garis besarnya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian vegetatif yang
meliputi akar, batang serta daun dan bagian generatif yang meliputi bunga dan
buah. Untuk lebih mengenal tanaman kakao maka kita perlu mengidentifikasi
tanaman kakao terlebih dahulu, yang meliputi:
1. Akar
Akar tanaman kakao
mempunyai akar tunggang (Radik primaria).
Pertumbuhannya dapat mencapai 8 meter kearah samping dan 15 meter kearah bawah.
Kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak
membentuk akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya.
Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar yang menyerupai akar
tunggang. Pada kecambah yang telah berumur 1 – 2 minggu terdapat akar-akar
cabang (Radik lateralis) yang
merupakan tempat tumbuhnya akar-akar rambut (Fibrilla)
dengan jumlah yang cukup banyak. Pada bagian ujung akar ini terdapat bulu akar
yang dilindungi oleh tudung akar (Calyptra).
Bulu akar inilah yang berfungsi menyerap larutan dan garam-garam tanah.
Diameter bulu akar hanya 10 mikro dan panjang maksimum hanya 1 milimeter.
2. Batang
Diawal
pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak dengan biji akan membentuk batang
utama sebelum tumbuh cabang-cabang primer. Letak pertumbuhan cabang-cabang
primer disebut jorket dengan ketinggian yang ideal 1,2 – 1,5 meter dari
permukaan tanah dan jorket ini tidak terdapat pada kakao yang diperbanyak
secara vegetatif. Ditinjau dari segi pertumbuhannya, cabang-cabang pada tanaman
kakao tumbuh kearah atas dan samping. Cabang yang tumbuh kearah atas disebut
cabang Orthotrop dan cabang yang
tumbuh kearah samping disebut dengan Plagiotrop.
Dari batang dan kedua jenis cabang tersebut sering ditumbuhi tunas-tunas air (Chupon) yang banyak menyerap energi,
sehingga bila dibiarkan tumbuh akan mengurangi pembungaan dan pembuahan.
3. Daun
Pada Theobroma cacao
daunnya merupakan daun tunggal ( folium
simplex) yaitu pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja
Bentuk tangkai daunnya (petiolus)
adalah bulat telur Bangun daunnya adalah memanjang (oblongus). Pada ujung ( apex
folii) dan pangkal daunnya (basis
folii) berbentuk runcing (acutus)
yaitu kedua tepi daunnya di kanan dan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit
menuju keatas dan pertemuaannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip. Tepi
daunnya (margo folii) berbentuk rata (integer). Panjang daunnya adalah
sekitar 10-48 cm dan lebarnya adalah 4-20 cm. Susunan tulang daunnya (nervatio) adalah bertulang menyirip (penninervis) yaitu hanya mempunyai satu
ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai
daun. Warna daunnya adalah hijau.
4. Bunga
Bunga kakao
tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (Calyx) sebanyak 5 helai dan benang sari ( Androecium) berjumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5 centimeter.
Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2 – 4 cm. Pembungaan kakao
bersifat cauliflora dan ramiflora, artinya bunga-bunga dan buah
tumbuh melekat pada batang atau cabang, dimana bunganya terdapat hanya sampai cabang
sekunder. Tanaman kakao dalam keadaan normal dapat menghasilkan bunga sebanyak
6000 – 10.000 pertahun tetapi hanya sekitar 5% yang dapat menjadi buah.
5. Buah
Buah kakao berupa buah
buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai sepuluh alur dan
tebalnya 1 – 2 cm. Bentuk, ukuran dan warna buah kakao bermacam-macam serta
panjangnya sekitar 10 – 30 cm, umumnya ada tiga macam warna buah kakao yaitu
hijau muda sampai hijau tua, waktu muda dan menjadi kuning setelah masak, warna
merah serta campuran antara merah dan hijau. Buah ini akan masak 5 – 6 bulan
setelah terjadinya penyerbukan. Buah muda yang ukurannya kurang dari 10 cm disebut
cherelle (pentil). Buah ini sering
sekali mengalami pengeringan (cherellewilt)
sebagai gejala spesifik dari tanaman kakao. Gejala demikian disebut physiological effect thinning yakni
adanya proses fisiologis yang menyebabkan terhambatnya penyaluran hara yang
menunjang pertumbuhan buah muda. Gejala tersebut dapat juga dikarenakan adanya
kompetisi energi antara vegetatif dan generatif atau karena adanya pengurangan
hormon yang dibutuhkan untuk pertumbuhahn buah muda.
6. Biji
Biji kakao tidak
mempunyai masa dormasi sehingga penyimpanan biji untuk benih dengan waktu yang
agak lama tidak memungkinkan. Biji ini diselimuti oleh lapisan yang lunak dan
manis rasanya, jika telah masak lapisan tersebut pulp atau micilage. Pulp ini dapat menghambat perkecambahan dan
karenanya biji yang akan digunakan untuk menghindari dari kerusakan biji dimana
jika pulp ini tidak dibuang maka didalam penyimpanan akan terjadi proses
fermentasi sehingga dapat merusak biji.
Biji kakao sendiri yang
kemudian diolah menjadi cokelat memiliki banyak manfaat bagi manusia dan
lingkungan, manfaat tersebut berupa memberikan keuntungan besar bagi orang yang
membudidayakan kakao karena kakao sendiri merupakan salah satu produk
perkebunan unggulan yang mempunyai nilai yang sangat tinggi, dengan nilai yang
tinggi ini maka petani yang membudidayakan kakao akan memiliki keuntungan yang
besar. Selain itu manfaat tanaman kakao yang telah diolah menjadi coklat yaitu
cokelat merupakan kategori makanan yang mudah dicerna oleh tubuh dan mengandung
banyak vitamin seperti vitamin A1, B1, B2, C, D, dan E serta beberapa mineral
seperti fosfor, magnesium, zat besi, zinc, dan juga tembaga. Cokelat juga terkenal
mengandung antioksidan dan flavonoid yang sangat berguna untuk
mencegah masuknya radikal bebas ke dalam tubuh yang bisa menyebabkan kanker.
Cokelat juga mengandung
lemak yang memiliki fungsi yang sama dengan minyak zaitun dan mengandung
mineral esensial untuk memperkuat tulang, kuku, rambut, dan juga kulit. Hal
tersebut sangat membantu untuk mencegah proses penuaan. Meskipun dianggap
sebagai makanan yang mampu menambah berat badan, cokelat juga dianggap sebagai
salah satu makanan yang mampu mengusir rasa stres. Hal tersebut disebabkan
karena cokelat mengandung molekul psikoaktif
yang dapat membuat pemakan cokelat merasa nyaman. Beberapa kandungan
cokelat seperti kafein, theobromine,
methyl-xanthine, dan phenylethylalanine
dipercaya dapat memperbaiki mood dan mengurangi kelelahan sehingga bisa
digunakan sebagai obat anti depresi.
Secara umum jenis kakao
terbagi menjadi 3 jenis yaitu Criollo atau
yang biasa dikenal dengan sebutan kakao mulia, Forastero dan Trinitario (campuran
dari Criollo dan Forastero). Walaupun
cokelat yang merupakan makanan dan minuman dari pengolahan biji kakao dan
merupakan makanan minuman favorit hampir semua golongan usia, dari anak-anak
sampai orang dewasa tetapi sangat sedikit yang mengetahui jenis dan anatomi
buah kakao. Berikut ini penjelasan tentang kakao jenis Criollo dan Forastero
yaitu:
1. Criollo
Merupakan jenis kakao
yang menghasilkan biji kakao dengan mutu terbaik sehingga dikenal sebagai kakao
mulia, fine flavour cocoa, choiced cocoa dan edel cocoa. Buahnya berwarna merah atau hijau dengan kulit buah
tipis berbintil-bintil kasar dan lunak. Biji kakaonya berbentuk bulat telur dan
berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada saat basah. Berjumlah
lebih kurang 7% dari produksi kakao dunia dan merupakan jenis edel yang
dihasilkan di Equador, Venezuela, Trinidad, Grenada, Jamaika, Srilangka,
Indonesia dan Samoa.
2. Forastero
Merupakan jenis kakao
dengan mutu kakao sedang atau bulk cocoa
atau lebih dikenal dengan ordinary cocoa.
Buahnya berkulit tebal dan berwarna hijau. Biji kakaonya berbentuk tipis
(gepeng) dengan kotiledon berwarna unggu pada saat basah. Jumlahnya sekitar 93%
dari produksi kakao dunia dan merupakan jenis bulk yang dihasilkan Afrika
Barat, Brazil dan Dominika.
3. Trinitario
Merupakan hybrida dari
jenis kakao Criollo dan Forastero secara alami sehingga jenis
kakao ini sangat heterogen. Kakao jenis ini menghasilkan biji kakao fine flavour cocoa dan ada yang termasuk
dalam bulk cocoa. Bentuknya
bermacam-macam dengan buah berwarna hijau dan merah. Biji kakaonya juga
bermacam-macam dengan kotiledon berwarna unggu muda sampai unggu tua pada saat
basah.
Cahaya mempunyai
peranan yang besar dalam proses fisiologi tanaman, dalam hal fotosintesis,
respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, penutupan dan pembukaan stomata, serta
berbagai pergerakan tanaman dan perkecambahan. tanaman yang tumbuh pada
intensitas cahaya tinggi umumnya mengabsorbsi ion lebih cepat daripada tanaman
yang tumbuh pada intensitas cahaya rendah. Hal ini terjadi karena gula yang
dihasilkan dari fotosintesis ditranslokasikan ke akar, direspirasikan, dan
energi yang dihasilkan digunakan untuk menyerap ion. Kekurangan intensitas cahaya menyebabkan
jumlah energi yang tersedia untuk penggabungan karbondioksida dan air sangat
rendah, akibatnya pembentukan karbohidrat hasil fotosintesis yang digunakan
untuk pembentukan senyawa lain juga rendah. Tanaman kakao sendiri menghendaki
iklim yang tidak terlalu panas sehingga untuk membudidayakan tanaman kakao di
dataran rendah perlu adanya inovasi yaitu seperti suatu naungan pada tanaman
kopi.
Lingkungan hidup alami
tanaman kakao ialah hutan hujan tropis yang di dalam pertumbuhannya membutuhkan
naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak
akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan batang relatif pendek. Pemanfaatan
cahaya matahari semaksimal mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan intersepsi
cahaya dan pencapaian indeks luas daun optimum. Kakao tergolong tanaman C3 yang
mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh
pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20 persen dari pencahayaan
penuh. Kejenuhan cahaya di dalam fotosintesis setiap daun yang telah membuka
sempurna berada pada kisaran 3-30 persen cahaya matahari atau pada 15 persen
cahaya matahari penuh. Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang
lebih besar bila cahaya matahari yang diterima lebih banyak (Karmawati, 2010).
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya
cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan
kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Di samping itu kakao juga berperan
dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun
2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan
bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di
Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke
tiga dari sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai US
$ 701 juta.
Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun
waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2002 areal perkebunan kakao Indonesia
tercatat seluas 914.051 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian besar (87,4%)
dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% perkebunan besar negara serta 6,7% perkebunan
besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis
kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara dan Sulawesi Tengah. Di samping itu juga diusahakan jenis kakao mulia
oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana
bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara dengan
kakao berasal dari Ghana dan keunggulan kakao Indonesia tidak mudah meleleh
sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut,
peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam
negeri. Dengan kata lain potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah
satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka.
Rata-rata produksi
kakao secara nasional hanya 897 kg/ha/tahun, padahal potensinya dapat mencapai
2.000 kg/ha/tahun. Hal ini terjadi karena perkebunan kakao didominasi oleh
perkebunan rakyat dengan produktifitas yang rendah. Penggunaan bahan tanam
berkualitas merupakan salah satu faktor yang penting untuk meningkatkan
produktifitas tanaman kakao. Bahan tanam kakao dapat berasal dari perbanyakan
generatif ataupun vegetatif. Bahan tanam perbanyakan vegetatif asal sambungan
akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang lebih seragam dibandingkan
dengan perbanyakan generatif. Jika dibandingkan dengan perbanyakan vegetatif lain,
pekerjaannya lebih sederhana, persentase tumbuh lebih tinggi, pertumbuhannya
lebih cepat serta produktifitasnya lebih tinggi.
The best video games of all time - YouTube HD
BalasHapusVideos you can find on YouTube youtube to mp3 are the highlights of my journey. From the comfort of my sofa, to the excitement of the new camera positions and the