This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 12 November 2013

PRODUKSI TANAMAN SAYURAN




BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pembangunan pertanian merupakan rangkaian dari upaya untuk memfasilitasi, mendorong dan melayani berkembangannya sistem agribisnis dan usaha-usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan serta terdesentralisasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan agribisnis di suatu wilayah tertentu sangat ditentukan oleh kemampuan petani memanfaatkan keunggulan komparatif wilayah dan komparatif komoditas sehingga dapat dilakukan suatu usahatani yang produktif, efisien dan lestari. Prinsip-prinsip usahatani yang berorientasi agribisnis adalah pola usahatani yang sesuai dengan agroekosistem, usahatani yang intensif sebagai usaha komersil, lestari dan menjamin peningkatan pendapatan dan perbaikan taraf hidup. Suatu pertanian yang tangguh merupakan pertanian yang dinamis, ulet dan optimal memanfaatkan sumberdaya alam, tenaga, modal dan teknologi yang ada pada lingkungan fisik, sosial sekaligus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani.
Tanaman sayuran merupakansalah satu komoditas holtikultura yang bermanfaat sebagai sumber vitamin dan mineral. Permintaan sayuran terus meningkat, sejalan dengan pertamnahan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat mengkonsumsi sayuran. Produk sayuran biasanya di konsumsi dalam bentuk segar, namun sifat dari komuditas ini adalah mudah rusak. Oleh karena itu dalam produksi tanaman sayuran diperlukan penganganan khusus mulai dari proses budidaya hingga panen dan pasca panen. Kangkung (Ipomoea sp.) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam famili Convolvulaceae. Daun kangkung panjang berwarna hijau keputih-putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Kangkung darat, hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan 2) Kangkung air, hidup ditempat yang berair dan basah.
Kangkung dapat tumbuh dibanyak daerah, tidak perlu membutuhkan spesifikasi terhadap daerahnya. Namun memang kangkung banyak ditemukan di daerah asia. Cara penanaman tanaman kangkung yang relatif mudah dan murah banyak membuat petani membudidayakannya. Dan oleh karena itu tanaman ini dapat dengan mudah ditemukan dipasar serta tidak akan pernah mengalami kehabisan. Ada dua cara yang berbeda dalam budidaya tanaman kangkung ini, tergantung dari jenis tanaman kangkung yang ditanaman.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi. Produksi sayuran di Indonesia meningkat setiap tahun dan konsumsinya tercatat 44 kg/kapita/tahun. Budi daya tanaman adalah manajemen dalam memadukan teknologi dan kemampuan (skill) petani dalam memanfaatkan sumber daya, termasuk unsur hara yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan menghasilkan produk dengan efisien dan menguntungkan (Suwandi, 2009).
Sayuran memainkan peran yang sangat penting sebagai sumber nutrisi bagi tubuh manusia dan mereka yang mengonsumsi sayuran memastikan asupan penting berbagai vitamin dan unsur mineral terpenuhi sehingga menghindari masalah gizi di kalangan anak-anak dan wanita hamil, serta bertanggung jawab atas tingkat kematian yang tinggi dari kelompok-kelompok ini.Kurangnya konsumsi sayuran dan buah-buahan setiap tahunnya menyebabkan 2,7 juta kematian di seluruh dunia, dan merupakan salah satu  dari sepuluh faktor risiko terhadap manusia yang mortalitas (Oladele,O.I,2011).
Tanaman utama yang tumbuh di bawah irigasi adalah sayuran, gandum dan beras. Sayuran  merupakan sumber yang kaya vitamin, mineral, karbohidrat, protein, dan serat yang cocok untuk diet .Sayuran yang lebih bergantung pada pertanian tadah hujan telah menyebabkan kekurangan sayuran musiman, terjadinya fluktuasi harga sayuran, gizi yang tidak tercukupi (Nwauwa dkk,2010).
Kedudukan tanaman kangkung dalam tatanama (sistematika) tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan kedalam:
Divisio      : Spermatophyta
Sub-divisio: Angiospermae
Kelas         : Dicotyledoneae
Family       : Convolvulaceae
Genus        : Ipomoea
Spesies     : Ipomea aquatia Forsk (kangkung air), I. reptans Poir (kangkung darat).
Dari suku kangkung-kangkungan (Convolvulaceae) ini masih terdapat jenis lainnya seperti kangkung hutan dan kangkung pagar (I.fistulosa Mart. Ex. Choisy), rincik bumi (I. quamoglit), dan I. triloba L. yang tumbuhya liar di hutan-hutan. Spesies kangkung-kangkungan yang sudah umum dibudidayakan secara komersial adalah I. batatas L. atau ubi jalar. Penyambungan batang bawah ubi jalar dengan batang atas kangkung pagar dapat menghasilkan ubi jalar berukuran besar-besar dan umumnya dapat mencapai satu tahun atau lebih (Rukmana,2001).
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbaceous), dan berlubang-lubang. Batang tanaman kangkung tumbuh merambat atau menjalar dan percabangan banyak. Tanaman kangkung memiliki system perakaran tunggang dan cabang-cabang akarnya menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 100-150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air (Cahyono, 2000).
Tanaman kangkung mudah tumbuh, terutama dikawasan berair. Syarat tumbuh tanaman ini tidak begitu susah. Daerah perairan tawar seperti sungai kecil, danau, aliran air ataupun sawah dapat dijadikan lahan kangkung. Karena toleransinya yang tinggi terhadap daerah perairan, sebaiknya tidak menanam kangkung di perairan yang sudah tercemar supaya kangkung yang ditanam tidak menyerap zat-zat beracun yang terdapat didalamnya. Kangkung dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Kangkung dapat tumbuh pada ketinggian sampai 1.000 m dpl. Tanaman ini akan tumbuh bagus jika ditanam pada tanah yang gembur dan subur dengan ph 6,0 – 7,0 dengan kelembapan 80-90% (Rukmana, 2005)
Ada dua jenis penanaman kangkung yang bisa dilakukan yaitu penanaman dalam keadaan kering (kangkung darat) dan penanaman dalam keadaan basah (kangkung basah atau kangkung air). Kedua jenis penanaman ini memerlukan bahan organic berupa kompos dan air dalam jumlah besar agar kangkung dapat tumbuh dengan subur. Waktu tanam yang baik adalah pada musim hujan untuk kangkung darat dan musim kemarau untuk kangkung air. Sementara waktu tanam kangkung yang dibudidayakan menggunakan biji adalah pada musim kemarau (Rukmana, 2005).
Penanaman kangkung dalam pot dapat menggunakan pot plastik atau polybag dengan jenis penanaman kering. Tahap-tahap penyemaian dan penanaman kangkung dalam pot adalah sebagai berikut:
·               Semai benih kangkung pada wadah datar berisi media tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1.
·               Pindahkan benih yang sudah berkecambah kedalam pot plastik atau polybag. Gunakan media tanam seperti pada penyemaian.
·               Lakukan penyiraman secara rutin setiap hari, terlebih kangkung sangat menyukai daerah yang basah.
·               Berikan pupuk organic setelah 10 hari tanam dengan dosis 40g/pot.
·               Lindungi tanaman dengan cara memberikan biopestisida secara rutin.
·               Lakukan pemanenan dengan cara merabutnya untuk jenis kangkung rabut dan memotongnya jika berupa kangkung petik. Pemotongan dilakukan pada bagian pangkal tanaman sekitar 2 cm diatas permukaan tanah. Kangkung yang berasal dari benih dapat dipanen sekitar 30 hari setelah tanam hari.
·               Apabila pucuk tanaman dipetik, cabang dari tepi daun akan tumbuh lagi dan dapat dipanen setiap 7-10 hari (Herliana, 2010).
Kebutuhan produksi pangan yang meningkat secara cepat akibat pertambahan penduduk serta pertumbuhan sektor industri telah mendorong munculnya system pertanian modern dengan ciri memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap terhadap pupuk anorganik. Kondisi ini telah menyebabkan kemerosotan sifat-sifat tanah, percepatan erosi tanah, penurunan kualitas tanah dan kontaminasi air bawah tanah. Usaha pertanian dengan mengandalkan bahan kimia seperti pupuk anorganik dan pestisida kimiawi yang telah banyak dilakukan pada masa lalu dan berlanjut hingga ke masa sekarang telah banyak menimbulkan dampak negatif yang merugikan. Penggunaan input kimiawi dengan dosis tinggi tidak saja berpengaruh menurunkan tingkat kesuburan tanah, tetapi juga berakibat pada merosotnya keragaman hayati dan meningkatnya serangan hama, penyakit dan gulma. Dampak negatif lain yang dapat ditimbulkan oleh pertanian kimiawi adalah tercemarnya produk-produk pertanian oleh bahan kimia yang selanjutnya akan berdampak buruk terhadap kesehatan. Menyadari akan hal tersebut maka diperlukan usaha untuk meniadakan atau paling tidak mengurangi cemaran bahan kimia ke dalam tubuh manusia dan lingkungan (Lestari, 2009).
Ada dua jenis pupuk yang kita kenal, yakni pupuk alami (organik) dan pupuk buatan (anorganik). Pupuk organik bersifat lebih alamiah dan tidak mengandung unsur kimia. Pupuk ini umumnya mengandung nutrisi lengkap, baik unsur hara mikro maupun makro. Kedua unsur ini sangat dibutuhkan untuk menunjang kehidupan tanaman. Unsur hara makro merupakan nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, seperti N,P,K,S,Mg, dan Ca. Sementara itu unsur hara mikro merupakan nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil sekali, seperti Fe, Mn, Zn, Cu, Mo, dan B. Pupuk buatan hanya mengandung unsur hara makro, kecuali disebutkan sebagai pupuk lengkap. Oleh karena memiliki kandungan nutrisi yang lengkap., pupuk organik sangat baik untuk memperbaiki kondisi tanah (Haryoto, 2005).
Kompos berpengaruh secara langsung dengan melepas hara yang dikandungnya dan secara tidak langsung dengan mempengaruhi kapasitas tukar kation yang mempengaruhi serapan hara. Kompos di dalam tanah dapat berpengaruh positif yaitu merangsang pertumbuhan atau negatif yaitu menghambat pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian yang menggunakan kompos yang berasal dari limbah peternakan ayam, sapi dan domba diketahui dapat menaikkan pertumbuhan tanaman sedangkan kompos dari peternakan babi menghambat pertumbuhan tanaman (Alvarez dalam Roostika, 2009).


                        
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono,bambang dan Juanda,dede. 2000. Ubi Jalar Budidaya dan Analisis
            Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius.
Haryoto, 2005. Bertanam Kangkung Raksasa Di Pekarangan. Yogyakarta:
Kanisius.
Herliana, ersi dan Supriati,yati. 2010. Bertanam 15 Sayuran Organik Dalam Pot.
Bogor: Penebar Swadaya.
Lestari,ardiyaningsih puji. 2009. Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Melalui Subtitusi Pupuk Anorganik Dengan Pupuk Organik. Agronomi. 13(1):
38- 44.
Nwauwa dkk.2010. Efficiency  of  Vegetable  Production  Under  Irrigation  System  in Ilorin Metropolis: a Case  Study of  Fluted  PUMPKIN
(Telferia occidentalis). Agricultural Economics.Vol 4: 9 – 18.
Oladele,O.I.2011.Contribution of Indigenous Vegetables and Fruits to Poverty
Alleviation in Oyo State, Nigeria. Hum Ecol.Vol 34(1): 1-6.
Rukmana,rahmat. 2001. Seri Budidaya Kangkung. Yogyakarta: Kanisius.
Rukmana,rahmat. 2005. Bertanam Sayuran Di Pekarangan. Yogyakarta:
Kanisius.
Roostika,ika, dkk. 2009. Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Nitrogen Terhadap Tanaman
Sayuran. Biodiversitas. 7(1): 77-80.
Suwandi. 2009. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman Dalam Pengembangan Inovasi Budidaya Sayuran Berkelanjutan. Balai pengkajian Teknologi Pertanian jakarta. Pengembangan Teknilogi Pertanian. 2(2):131-147.