BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan
pertanian merupakan rangkaian dari upaya untuk memfasilitasi, mendorong dan
melayani berkembangannya sistem agribisnis dan usaha-usaha agribisnis yang berdaya
saing, berkerakyatan dan berkelanjutan serta terdesentralisasi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan agribisnis di suatu wilayah
tertentu sangat ditentukan oleh kemampuan petani memanfaatkan keunggulan
komparatif wilayah dan komparatif komoditas sehingga dapat dilakukan suatu
usahatani yang produktif, efisien dan lestari. Prinsip-prinsip usahatani yang berorientasi
agribisnis adalah pola usahatani yang sesuai dengan agroekosistem, usahatani
yang intensif sebagai usaha komersil, lestari dan menjamin peningkatan
pendapatan dan perbaikan taraf hidup. Suatu pertanian yang tangguh merupakan
pertanian yang dinamis, ulet dan optimal memanfaatkan sumberdaya alam, tenaga,
modal dan teknologi yang ada pada lingkungan fisik, sosial sekaligus mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani.
Tanaman
sayuran merupakansalah satu komoditas holtikultura yang bermanfaat sebagai
sumber vitamin dan mineral. Permintaan sayuran terus meningkat, sejalan dengan
pertamnahan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat
mengkonsumsi sayuran. Produk sayuran biasanya di konsumsi dalam bentuk segar,
namun sifat dari komuditas ini adalah mudah rusak. Oleh karena itu dalam
produksi tanaman sayuran diperlukan penganganan khusus mulai dari proses
budidaya hingga panen dan pasca panen. Kangkung (Ipomoea sp.) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Kangkung
merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam famili Convolvulaceae.
Daun kangkung panjang berwarna hijau keputih-putihan merupakan sumber vitamin
pro vitamin A. Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam
yaitu: 1) Kangkung darat, hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan 2)
Kangkung air, hidup ditempat yang berair dan basah.
Kangkung
dapat tumbuh dibanyak daerah, tidak perlu membutuhkan spesifikasi terhadap
daerahnya. Namun memang kangkung banyak ditemukan di daerah asia. Cara
penanaman tanaman kangkung yang relatif mudah dan murah banyak membuat petani
membudidayakannya. Dan oleh karena itu tanaman ini dapat dengan mudah ditemukan
dipasar serta tidak akan pernah mengalami kehabisan. Ada dua cara yang berbeda
dalam budidaya tanaman kangkung ini, tergantung dari jenis tanaman kangkung
yang ditanaman.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung
ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan
berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang
bernilai ekonomi tinggi. Produksi sayuran di Indonesia meningkat setiap tahun
dan konsumsinya tercatat 44 kg/kapita/tahun. Budi daya tanaman adalah manajemen
dalam memadukan teknologi dan kemampuan (skill) petani dalam
memanfaatkan sumber daya, termasuk unsur hara yang diperlukan tanaman untuk
tumbuh dan menghasilkan produk dengan efisien dan menguntungkan (Suwandi, 2009).
Sayuran memainkan peran yang sangat
penting sebagai sumber nutrisi bagi tubuh manusia dan mereka yang mengonsumsi
sayuran memastikan asupan penting berbagai vitamin dan unsur mineral terpenuhi
sehingga menghindari masalah gizi di kalangan anak-anak dan wanita hamil, serta
bertanggung jawab atas tingkat kematian yang tinggi dari kelompok-kelompok ini.Kurangnya konsumsi sayuran dan buah-buahan setiap tahunnya
menyebabkan 2,7 juta kematian di seluruh dunia, dan merupakan salah satu dari
sepuluh faktor risiko terhadap manusia yang
mortalitas (Oladele,O.I,2011).
Tanaman
utama yang tumbuh di bawah irigasi
adalah sayuran, gandum dan beras.
Sayuran merupakan sumber yang
kaya vitamin, mineral, karbohidrat, protein, dan serat yang cocok untuk diet .Sayuran yang
lebih bergantung pada pertanian tadah hujan telah menyebabkan
kekurangan sayuran musiman,
terjadinya fluktuasi harga sayuran, gizi yang tidak
tercukupi (Nwauwa dkk,2010).
Kedudukan
tanaman kangkung dalam tatanama (sistematika) tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan
kedalam:
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio:
Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Family : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomea
aquatia Forsk (kangkung air), I.
reptans Poir (kangkung darat).
Dari
suku kangkung-kangkungan (Convolvulaceae)
ini masih terdapat jenis lainnya seperti kangkung hutan dan kangkung pagar (I.fistulosa Mart. Ex. Choisy), rincik
bumi (I. quamoglit), dan I. triloba L. yang tumbuhya liar di
hutan-hutan. Spesies kangkung-kangkungan yang sudah umum dibudidayakan secara
komersial adalah I. batatas L. atau
ubi jalar. Penyambungan batang bawah ubi jalar dengan batang atas kangkung
pagar dapat menghasilkan ubi jalar berukuran besar-besar dan umumnya dapat
mencapai satu tahun atau lebih (Rukmana,2001).
Kangkung
merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Batang
tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbaceous), dan berlubang-lubang. Batang
tanaman kangkung tumbuh merambat atau menjalar dan percabangan banyak. Tanaman
kangkung memiliki system perakaran tunggang dan cabang-cabang akarnya menyebar
kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-100 cm, dan melebar
secara mendatar pada radius 100-150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung
air (Cahyono, 2000).
Tanaman
kangkung mudah tumbuh, terutama dikawasan berair. Syarat tumbuh tanaman ini
tidak begitu susah. Daerah perairan tawar seperti sungai kecil, danau, aliran
air ataupun sawah dapat dijadikan lahan kangkung. Karena toleransinya yang
tinggi terhadap daerah perairan, sebaiknya tidak menanam kangkung di perairan
yang sudah tercemar supaya kangkung yang ditanam tidak menyerap zat-zat beracun
yang terdapat didalamnya. Kangkung dapat ditanam di dataran rendah dan dataran
tinggi. Kangkung dapat tumbuh pada ketinggian sampai 1.000 m dpl. Tanaman ini
akan tumbuh bagus jika ditanam pada tanah yang gembur dan subur dengan ph 6,0 –
7,0 dengan kelembapan 80-90% (Rukmana, 2005)
Ada
dua jenis penanaman kangkung yang bisa dilakukan yaitu penanaman dalam keadaan
kering (kangkung darat) dan penanaman dalam keadaan basah (kangkung basah atau
kangkung air). Kedua jenis penanaman ini memerlukan bahan organic berupa kompos
dan air dalam jumlah besar agar kangkung dapat tumbuh dengan subur. Waktu tanam
yang baik adalah pada musim hujan untuk kangkung darat dan musim kemarau untuk
kangkung air. Sementara waktu tanam kangkung yang dibudidayakan menggunakan biji
adalah pada musim kemarau (Rukmana, 2005).
Penanaman
kangkung dalam pot dapat menggunakan pot plastik atau polybag dengan jenis
penanaman kering. Tahap-tahap penyemaian dan penanaman kangkung dalam pot
adalah sebagai berikut:
·
Semai benih
kangkung pada wadah datar berisi media tanah dan kompos dengan perbandingan
1:1.
·
Pindahkan benih
yang sudah berkecambah kedalam pot plastik atau polybag. Gunakan media tanam
seperti pada penyemaian.
·
Lakukan
penyiraman secara rutin setiap hari, terlebih kangkung sangat menyukai daerah
yang basah.
·
Berikan pupuk
organic setelah 10 hari tanam dengan dosis 40g/pot.
·
Lindungi tanaman
dengan cara memberikan biopestisida secara rutin.
·
Lakukan
pemanenan dengan cara merabutnya untuk jenis kangkung rabut dan memotongnya
jika berupa kangkung petik. Pemotongan dilakukan pada bagian pangkal tanaman
sekitar 2 cm diatas permukaan tanah. Kangkung yang berasal dari benih dapat
dipanen sekitar 30 hari setelah tanam hari.
·
Apabila pucuk
tanaman dipetik, cabang dari tepi daun akan tumbuh lagi dan dapat dipanen
setiap 7-10 hari (Herliana, 2010).
Kebutuhan produksi pangan yang meningkat secara
cepat akibat pertambahan penduduk serta pertumbuhan sektor industri telah
mendorong munculnya system pertanian modern dengan ciri memiliki ketergantungan
yang tinggi terhadap terhadap pupuk anorganik. Kondisi ini telah menyebabkan kemerosotan
sifat-sifat tanah, percepatan erosi tanah, penurunan kualitas tanah dan
kontaminasi air bawah tanah. Usaha pertanian dengan mengandalkan bahan kimia
seperti pupuk anorganik dan pestisida kimiawi yang telah banyak dilakukan pada
masa lalu dan berlanjut hingga ke masa sekarang telah banyak menimbulkan dampak
negatif yang merugikan. Penggunaan input kimiawi dengan dosis tinggi tidak saja
berpengaruh menurunkan tingkat kesuburan tanah, tetapi juga berakibat pada merosotnya
keragaman hayati dan meningkatnya serangan hama, penyakit dan gulma. Dampak negatif
lain yang dapat ditimbulkan oleh pertanian kimiawi adalah tercemarnya
produk-produk pertanian oleh bahan kimia yang selanjutnya akan berdampak buruk
terhadap kesehatan. Menyadari akan hal tersebut maka diperlukan usaha untuk meniadakan
atau paling tidak mengurangi cemaran bahan kimia ke dalam tubuh manusia dan
lingkungan (Lestari, 2009).
Ada
dua jenis pupuk yang kita kenal, yakni pupuk alami (organik) dan pupuk buatan
(anorganik). Pupuk organik bersifat lebih alamiah dan tidak mengandung unsur
kimia. Pupuk ini umumnya mengandung nutrisi lengkap, baik unsur hara mikro
maupun makro. Kedua unsur ini sangat dibutuhkan untuk menunjang kehidupan
tanaman. Unsur hara makro merupakan nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah banyak, seperti N,P,K,S,Mg, dan Ca. Sementara itu unsur hara mikro
merupakan nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil sekali, seperti
Fe, Mn, Zn, Cu, Mo, dan B. Pupuk buatan hanya mengandung unsur hara makro,
kecuali disebutkan sebagai pupuk lengkap. Oleh karena memiliki kandungan
nutrisi yang lengkap., pupuk organik sangat baik untuk memperbaiki kondisi
tanah (Haryoto, 2005).
Kompos
berpengaruh secara langsung dengan melepas hara yang dikandungnya dan secara
tidak langsung dengan mempengaruhi kapasitas tukar kation yang mempengaruhi
serapan hara. Kompos di dalam tanah dapat berpengaruh positif yaitu merangsang
pertumbuhan atau negatif yaitu menghambat pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian
yang menggunakan kompos yang berasal dari limbah peternakan ayam, sapi dan
domba diketahui dapat menaikkan pertumbuhan tanaman sedangkan kompos dari peternakan
babi menghambat pertumbuhan tanaman (Alvarez dalam Roostika, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono,bambang
dan Juanda,dede. 2000. Ubi Jalar Budidaya
dan Analisis
Usaha
Tani.
Yogyakarta: Kanisius.
Haryoto, 2005. Bertanam Kangkung Raksasa Di Pekarangan. Yogyakarta:
Kanisius.
Herliana, ersi
dan Supriati,yati. 2010. Bertanam 15
Sayuran Organik Dalam Pot.
Bogor: Penebar
Swadaya.
Lestari,ardiyaningsih
puji. 2009. Pengembangan Pertanian Berkelanjutan Melalui Subtitusi Pupuk
Anorganik Dengan Pupuk Organik. Agronomi.
13(1):
38- 44.
Nwauwa
dkk.2010. Efficiency
of Vegetable Production
Under Irrigation System
in Ilorin Metropolis: a Case
Study of Fluted PUMPKIN
(Telferia occidentalis). Agricultural Economics.Vol 4: 9 – 18.
Oladele,O.I.2011.Contribution of Indigenous Vegetables and Fruits
to Poverty
Alleviation in Oyo State,
Nigeria. Hum Ecol.Vol 34(1): 1-6.
Rukmana,rahmat.
2001. Seri Budidaya Kangkung. Yogyakarta:
Kanisius.
Rukmana,rahmat.
2005. Bertanam Sayuran Di Pekarangan. Yogyakarta:
Kanisius.
Roostika,ika,
dkk. 2009. Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Nitrogen Terhadap Tanaman
Sayuran. Biodiversitas. 7(1): 77-80.
Suwandi.
2009. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman Dalam Pengembangan Inovasi Budidaya
Sayuran Berkelanjutan. Balai pengkajian Teknologi Pertanian jakarta. Pengembangan Teknilogi Pertanian.
2(2):131-147.
Siph Rob
BalasHapus